JAKARTA, Arcus GPIB – Rasa syukur yang dalam bahwa tahun ini 2022 warga GPIB pada umumnya bisa melaksanakan Ibadah Paskah secara tatap muka. Sebagaimana diketahui dua tahun sebelumnya hanya bisa dilaksanakan secara online.
“Kita bersyukur di tahun 2022 ini dapat datang pagi-pagi hari sebagaimana tradisi gereja merayakan paskah, pukul 04.00, pkl. 05.00 yang penting masih gelap,” ungkap Pdt Manuel E. Raintung, S.Si, MM dalan khotbahnya via youtube di ibadah Minggu Paskah di GPIB Pelita Jakarta Timur 17/4.
Ketua II Majelis sinode GPIB ini mengatakan, alkitab menyaksikan “ketika hari masih gelap” dan itu diyakini oleh gereja, orang-orang percaya kepada Kristus untuk datang berhimpun.
Jadi, makna paskah yang pertama yang dapat kita lakukan adalah kita berkumpul pada pagi-pagi hari, hari masih masih gelap. Ini adalah sebuah persekutuan nyata yang memberi pengakuan bahwa Yesus hidup, bahwa kubur kosong, bahwa ada kehidupan setelah kematian,” tandas pendeta yang juga Wakil Sekretaris FKUB DKI Jakarta ini.
Dari Palembang, Ibadah Paskah yang digelar di GPIB Jemaat Pniel, Palembang cukup menarik diisi dengan refleksi perempuan-perempuan yang bertandang ke kubur Yesus. Refleksi berjalan manis, menggugah hati mengingatkan peristiwa kelam yang dialami Tuhan Yesus.
Pelayan Firman Pdt. Marlin Tetelepta – Tapahing, M.Th dalam ibadah tersebut mengatakan, Allah Bapa memperkenankan perempuan-perempuan saat itu menyaksikan peristiwa kelam yang dialami Tuhan Yesus sebagai saksi sejarah.
“Tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk mengalami dan menyaksikan peristiwa besar yang dikerjakan oleh Allah Bapa untuk keselamatan manusia dan dunia,” tutur Pdt. Pdt. Marlin meyebutkan bahwa Maria Magdalena menjadi tokoh perempuan pertama yang kepadanya berita paskah disampaikan.
Dikatakan, mengapa peristiwa besar ini tidak disaksikan oleh mereka yang berkuasa tetapi kaum terpinggirkan? Intinya adalah selain Allah mau melegitimasikan, Allah juga mau mengangkat dan memulihkan harkat dan martabat orang-orang kecil terpinggirkan dengan menjadikan mereka sebagai saksi dan pembawa berita tentang karya keselamatan Allah.
Dari Makassar, ibadah Hari Paskah yang mengangkat tema “Kasih Mengubah Cara Setia” mengurai bagaimana kesedihan para murid Tuhan saat menyaksikan orang yang dibangga-banggakan tak berdaya menghadapi penyiksaan dan harus mati.
“Peristiwa penyiksaan yang dialamai Yesus sampai pada penyaliban dan kematian tentu menjadi trauma bagi orang percaya, khususnya para murid saat itu,” tutur Pdt.Caterine Sahureka – Saiya dalam khotbahnya di GPIB Bukit Zaitun Makassar.
Mereka, para murid, kata Pdt.Caterine sungguh tidak percaya kalau orang yang mereka kasihi, guru yang senantiasa ada bersama-sama dengan mereka harus mengalami penderitaan sampai pada kematiannya di kayu salib.
“Jangan kehilangan kasih kita kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruslamat kita. Tetaplah setia kepadaNya, dan jadilah saksi tentang kebangkitanNya dan kemenanganNya kepada semua orang melalui kata dan Tindakan.”
“Setiap saat kita mengalami kasih dan rahmatNya, setiap saat jugalah kita merubah dan mengubah cara setia kita agar sesuai dengan rancangan dan kehendakNya bagi kita dan bagi semua orang disekitar kita,” imbuh Pdt.Caterine. /fsp