MATARAM, Arcus GPIB – Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) bekerja sama telah melaksanakan acara “Pendidikan Politik Warga Gereja” pada 26 – 29 Juli 2023 di SAME Hotel Lombok, Mataram NTB.

Moderator Pdt, Roberto Wagey, M.Th Sekretaris I Majelis Sinode dan Narasumber Pdt. Dr. B. L. Padatu, MPA., M.Th., M.Ak
Banyak hal yang didapatkan dari event 4 hari tersebut, antara lain betapa pentingnya partisipasi warga gereja secara bertanggungjawab dikancah perpolitikan. Gereja diminta punya partisipasi aktif tidak hanya sekadar pragmatis.
Seperti dipaparkan Pendeta Dr. B. L. Padatu, MPA., M.Th., M.Ak yang menajdi salah satu narasumber dalam acara tersebut bahwa politik gereja adalah Politik “Damai Sejahtera” sebagaimana di Yeremia 29: 7, 11.
Dikatakan, partisipasi dan akuntabilitas politik gereja sebagai Lembaga, Individu dalam perspektif “Alkitabiah” menjadi sarana “pemilihan” Pemimpin Politik sebagaimana disebutkan di 1 Samuel 8:1-5.
Gereja harus menjadi sarana “Pengungkap kebenaran dan advokasi” belajar dari Mordekhai dan Ester yanhg disebut Pendeta Padatu sosok Mordekhai dan Ester adalah Pengamat, Kritikus, Analis, dan sebagai Pelayan Hukum.
Partisipasi dan Akuntabilitas Politik Gereja lainnya, menjadi sarana “Restorasi” bagi sebuah bangsa, entitas budaya, itu dapat dilihat dari kisah Nehemia.
Disampaikan, beberapa tokoh muda di Perjanjian Lama yang sangat terlibat dalam partisipasi perpolitikan antara lain Daniel, Sadrakh, Mesakh, Obednego. Daniel 1:4”…yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja.
Sosok lainnya yang disampaikan Pendeta Padatu yang punya partisipasi baik dalam politik adalah Yusuf sebagaimana dalam Kejadian 41:38-41 yang diceritakan sebagai Penentu Kebijakan” dan “Manajer Implementasi” seorang yang penuh dengan Roh Allah.
Soal Politik “Damai Sejahtera” Allah yang memegang kendali mutlak atas “Indonesia” diuraikan dalam Roma 8:28. Dipastikan siapapun yang memenangkan kontestasi tidak menjadikan Indonesia “Runtuh” yang disebut sebagai Politik Hope.
Menurut Padatu, realitas Pemilu 2024 akan diikuti sedikitnya 3 kandidat “sah” dan siapapun yang memenangkan pemilu adalah “konstitusional”. Jadi, katanya, partisipasi warga dalam memilih sangat diperlukan sembari menyebutkan, “The ballot is stronger than the bullet” mengutip Abraham Lincoln.
UU N0. 2 Tahun 2011 “Partai Politik” Pasal 1:4 menyebutkan “Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” /fsp