JAKARTA, Arcus GPIB – Sinode Gereja Toraja siap menerima peserta saat acara Sidang Raya XVIII Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) pada awal November 2024 mendatang. Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia Pendeta Musa Salusu kepada wartawan di Media Center PGI, Grha Oikumene, Jl Salemba Jakara Pusat, Kamis (21/4).
“Kami bergandengan tangan mempersiapkan pelaksanaan Sidang Raya ini. Di samping itu juga melibatkan pemerintah di dua kabupaten, Tana Toraja serta Toraja Utara. Tidak hanya Sidang Raya, tetapi juga kegiatan yang mengawalinya, yaitu PRPG dan PRPrG. Kami telah mempersiapkan diri untuk menyambut seluruh peserta para tamu yang akan datang sekitar 2000 peserta,” ungkap Pdt.Musa.
Sidang Raya XVIII PGI akan berlangsung pada 8-14 November 2024 di Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan, dengan tuan dan nyonya rumah Sinode Gereja Toraja. Acara pembukaan akan berlangsung di pelataran Tongkonan Sangullele-Kantor BPS Gereja Toraja.
Pdt.Musa menambahkan, sejumlah persiapan-persiapan terus dilakukan, salahsatunya penginapan. Tidak hanya hotel, rumah-rumah warga pun bakal menjadi tempat menginap bagi seluruh peserta. Hal yang sama juga dilakukan dalam setiap kegiatan sidang raya, di mana rumah-rumah jemaat-jemaat dipakai untuk menginap peserta sebagai wujud dukungan dan partisipasi. Untuk menerima peserta, maupun tamu dari serta delegasi, dari dalam maupun luar negeri.
Isu Strategis
Soal tema dan sejumlah isu strategis yang akan dibicarakan dalam SR nanti kata Sekretaris Umum PGI Pdt.Jacklevyn Manuputty bersumber dari Efesus 5 ayat 8b-9.
“Tema utama dalam SR adalah Hiduplah sebagai Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran yang direfleksikan dari Efesus 5 : 8b-9. Dari itulah yang akan dikedepankan menuju arah strategi yang di-breakdown dalam program PGI yang dikaitan dengan 5 dokumen gereja. Namun ada dokumen lain yang sedang dikerjakan, yaitu pengakuan bersama iman Kristen dan konvensi pernyataan iman bersama yang terintegrasi dengan dokumen lainnya. Tapi pergumulan kita masih sama dengan periode lalu, yaitu 3 krisis dan 1 pergumulan, yaitu krisis kebangsaan, krisis ekologis dan krisis Oikumene dan tantangan disrupsi informasi digital. Dan ada komponen turunan dalam rumusan isu strategis itu, misalnya pendidikan untuk menjadi demos bukan sekadar voters. Jadi memberikan pendidikan bagi gereja-gereja soal pendidikan politik, ada juga isu menyangkut spiritual kepada ketahanan keluarga. Studi-studi yang dilakukan dan kami mendapat gambaran, di mana terdapat kerapuhan-kerapuhan dalam keluarga. Jadi spiritualitas keluarga-keluarga Kristen cenderung menurun dan itu berimplikasi seperti pada perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan persoalan lainnya. Jadi hal-hal itu yang akan dibicarakan atau menjadi isu strategis dalam SR nanti. Dan spiritualitas keugaharian menjadi salah satu yang ditawarkan nanti,” kata Pdt.Jacky.
Pdt.Jackly juga menambahkan ratusan peserta pemuda dan perempuan akan hadir di Pertemuan Raya Perempuan Gereja dan Pertemuan Raya Pemuda Gereja.
“Pertemuan perempuan ada sekitar 700 orang dan pemuda 600 -an orang yang akan hadir, jadi ada sekitar dan itu sudah disiapkan untuk menampung yang datang. Panitia lokal telah mempersiapkan tempat-tempat penginapan dan juga rumah-rumah warga. Ini sekaligus melibatkan warga jemaat buakn hanya sebagai penonton tapi juga terlibat langsung.”/lip