JAKARTA, Arcus GPIB – Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset UI, Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA mengatakan, Universitas Indonesia (UI) akan mendirikan lima rumah ibadah multiagama di asrama mahasiswa UI, Depok. Hal itu dimaksudkan untuk terus membangun toleransi di kalangan mahasiswa,
“Sebagai kampus yang membawa nama Indonesia, dan merangkul mahasiswa dari seluruh latarbelakang, maka rencana ini menjadi momen bagi kami untuk terlibat dalam upaya membangun keberagaman dan toleransi. Sebab itu, kami melihat perlunya datang ke PGI agar mendapat dukungan dan arahan,” jelas Prof. Dedi dalam pertemuan dengan MPH-PGI di Grha Oikoumene, Jakarta, Senin (14/3/2022).
Situs PGI menyebutkan, dalam pertemuan dengan MPH-PGI Prof. Dedi tidak sendiri, ia didampingi Dr. Zastrow Al. Ngatawi, MA selaku Tim Pengarah.
Selain lima rumah ibadah, lanjutnya, juga direncanakan pembangunan ruang pertemuan (hall), yang difungsikan sebagai tempat pelaksanaan perayaan-perayaan keagamaan yang dilaksanakan para mahasiswa penghuni asrama, civitas kampus, serta masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Dr. Zastrow Al. Ngatawi, MA menuturkan, pembangunan rumah ibadah tersebut akan direalisasikan pada tahun ini, dan masterplan pun telah disiapkan oleh panitia. “Tentunya ini akan disempurnakan setelah mendengar masukan dan arahan dari PGI serta lembaga keagamaan lainnya ke dalam proposal,” ujarnya.
Menurut Zastrow, rencana ini telah didiskusikan jauh sebelumnya di lingkungan di Kampus UI. Namun sedikit terlambat karena perlu upaya terlebih dahulu untuk meyakinkan semua pihak. “Di asrama itu ada sekitar 2000an mahasiswa, sehingga jemaatnya jelas para mahasiswa dari masing-masing agama, supaya menjadi tempat praktek nilai kebangsaan, keberagaman dan toleransi. Pengelolaannya tentu akan dilakukan oleh mahasiswa, civitas dan pihak asrama,” kata budayawan NU ini.
Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty mengapresiasi rencana tersebut. Menurutnya, menggagas perspektif kemajemukan dalam lingkungan kampus sangat penting, mengingat kuatnya segregasi di dunia pendidikan terutama di perguruan tinggi negeri sekarang ini.
“Ini rencana yang luar biasa. Jika bisa diselebrasikan dan dirawat akan menjadi tempat pembelaran kemajemukan berbasis kampus. Apalagi di asrama sehingga jelas jemaatnya, dan pasti akan memberi dampak yang sangat kuat. Tinggal bagaimana mengelolanya. Karena ada perbedaan di kekristenan dalam hal jemaat. Kalau di universitas Kristen kan jelas ada pendeta yang melayani,” katanya.
Terkait hal ini, Sekum PGI menjelaskan keberadaan Persekutuan Oikoumene Umat Kristen (POUK) di Indonesia, yang digagas oleh PGI, bagi warga jemaat dari berbagai interdenominasi yang berdomisili di kompleks TNI-POLRI, dan perusahaan. “Untuk pelayannya bisa diatur secara bergiliran dengan meminta tenaga utusan gereja, dengan pembiayaan dari gereja yang mengutus. Sehingga bisa mengantisipasi ajaran atau aliran yang disusupkan,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, PGI juga memberi masukan agar pendirian rumah ibadah, terkhusus gereja, mengakomodir kebutuhan anak-anak, ramah alam, dan dengan arsitektur bergaya Nusantara.
Pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam ini, juga diikuti SE Bidang KKC PGI Pdt. Jimmy Sormin, SE Bidang KP PGI Pdt. Henrek Lokra, Kepala Humas PGI Jeirry Sumampouw, dan Juliandi Gultom.
Pembangunan rumah ibadah di lingkungan kampus dalam rangka mempromosikan keberagaman dan toleransi di kalangan sivitas akademika juga telah dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi, diantaranya Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Surakarta, yang merupakan universitas pertama di Indonesia yang memiliki rumah ibadah multiagama.
Tidak hanya UNS, Universitas Pancasila pun pada awal Januari 2022 juga mempunyai rumah ibadah bagi enam agama yang diresmikan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. ***