JAKARTA, Arcus GPIB – Sekolah Tinggi Filsafat Theologi (STFT) Jakarta pada 27 September 2022 merayakan syukur atas usia ke-88 tahun. Tema Dies Natalis ke-88 STFT Jakarta adalah “Maranatha, Hosiana, Haleluya: Meliturgikan Harapan”.
Rangkaian perayaan Dies Natalis ke-88 diisi dengan kuliah umum menghadirkan Prof. Dr. Emanuel P.D. Martasudjita, Pr Guru Besar Fakultas Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma dan beberapa narasumber lainnya.
Pada bagian kuliah umum itu, lelaki yang akrab disapa Romo Marto ini menyentuh soal-soal kosmologi langit dan bumi baru dan bagaimana memahami kosmologi langit dan bumi baru dalam peradaban kini dan nanti.
Kosmologi langit dan bumi baru dari perspektif Romo Marto adalah bagaimana terlibat langsung mewujudkannya, misalnya dengan peduli pada ekosistem, tumbuhan, pengurangan pemakaian plastik.
“Dunia yang baru bukan hanya kita berpikir secara lahiriah, bagaimana kita punya udara bersih, air bersih, bagaimana soal sampah harus kita perhatikan, bagaimana penggunaan plastik supaya tidak merajalela,” tuturnya.
Menurutnya, penciptaan kosmologi langit dan bumi baru harus sungguh-sungguh memperhatikan ekosistem misalnya, ikut berperan menanam pohon-pohon, misalnya di pot-pot kecil sekalipun termasuk menanam dilahan sempit, mengurangi pemakaian zat-zat kimia. “Itu bentuk praktis bentuk kosmologi bumi dan langit yang baru,” tandas Romo Marto.
“Beribadah bukan hanya urusan masuk surga. Tetapi yang kita rayakan adalah Allah yang telah memperbaharui hidup melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit untuk mengembalikan seluruh kerusakan termasuk kerusakan alam akibat dosa kita.”
“Ini menarik, kritik terhadap teolog dan saya sangat setuju. Kita sering terfokus atas penebusan terhadap dosa-dosa kita, tapi kita sering kurang ingat aspek ciptaanNya.”
“Aneh kalau orang kristen, kita semua rajin merayakan ibadah tapi merusak alam lingkungannya. Kadang-kadang juga, cukup banyak pengusaha merusak alam, tambang-tambang, tapi donasi ke gereja. Kita para pendeta senang-senang saja.”
“Menjadi utopia, mimpi tak berdasar kalau kita hanya omong saleh tapi tidak sampai ke transformatif. Godaan kami para pastor, tampaknya para pendeta punya godaan yang sama bahwa kalau khotbah membangun utopia saja.”
“Kalau kita berkhotbah, itu kita sedang menjelaskan sesuatu dan orang paham. Kelemahan pastor dan pendeta untuk menggerakkan orang bertindak satunya kata dan perbuatan.”
“Kita tidak hanya beribadah untuk membuat orang sekedar paham lalu ikut menangis karena alam ini sudah begitu rusak tapi ada tindakan konkrit, misalnya orang habis ibadah pulang mengurangi sampah plastik.”
Rangkaian memperingati 88 tahun STFT Jakarta juga ada Orasi ilmiah Pdt. Ester Pudjo Widiasih, Ph.D. pada 1 Oktober 2022 dan meluncurkan program lima tahun pertama (2022-2027) Green Campus dan Blue Seminary dari Program Pengembangan STFT Jakarta selama 20 tahun ke depan (2022-2042). /fsp