PERISTIWA demi peristiwa dan pergumulan yang datang silih berganti tidak menjadi hambatan untuk terus maju melangkah kedepan.
Perjalanan yang cukup panjang selama dua dekade tentunya banyak hal yang dialami dalam pelayanan dan melayani antar sesama.
Tidak bisa dipungkiri kerikil-kerikil tajam itu ada bahkan sangat ada, perbedaan persepsi dalam mengambil keputusan memahami suatu masalah selalu saja terjadi.
Terkadang berakhir dengan voting dan itu harus diterima walaupun hati kecil ini tak berkenan, tetapi satu hal yang membuat pelayanan ini dapat bertahan sampai sekarang karena ada kasih dan kerendahan hati dari para pelayan yang prinsipnya untuk memuliakan nama-Nya.
Dalam melayani tak ada kata berhenti, tak ada kata bosan dan lelah dalam mencapai tujuan dan ketidakpedulian dalam melihat pelayanan yang sedang berlangsung membuat hati merontah dan terkadang terbebani.
Hidup ini harus saling tolong menolong, saling peduli, saling merasakan, saling memahami dan adanya saling cinta kasih sehingga dapat terwujud apa yang dicita-citakan bersama.
Dua Dasawarsa, Dua Puluh Tahun GPIB Jemaat “PONDOK UNGU” Bekasi bukan waktu yang pendek, melainkan waktu yang dimana pergumulan kian datang. Pada 23 November 2024 jemaat ini merayakannya dengan melaksanakan Ibadah Syukur.
Terkadang tersinggung menimpa bahkan amarah, tak saling sapa, keegoisan lebih ditonjokan, tak menerima pendapat orang lain, seakan-akan dia yang harus didengar dan masih banyak kejadian-kejadian yang membuat pelayanan ini berfluktuasi dengan tensi tinggi dan rendah.
Tapi ada yang mengikat kami sebagai warga gereja yang mempunyai satu tujuan yang sama bahwa pelayanan ini adalah untuk memuliakan Tuhan dengan landasan Kasih, Yohanes 13:34 .
Dua Dekade ini telah menghadirkan Lima Ketua Majelis Jemaat yang tentunya punya karakter dan sifat yang berbeda-beda, dimana ada yang lebih mengutamakan membangun etika dan moral, ada yang lebih pembangunan fisik dan ada juga yang biasa-biasa saja melayani sampai purna tugas.
Tentunya semua itu harus dihargai karena mereka menjalankan dengan style dan fashion masing-masing tinggal warga jemaat bagaimana melihat dan memahami gaya kepemimpinan tersebut.
Kelima KMJ tersebut, Pendeta Sherly Petonengan, PendetaSGR.Sihombing, Pendeta Meryani Gimon, Pendeta Domidoyo Ratupenu dan yang sekarang Pendeta Helen Luhulima-Hukom.
Serta vikaris yang pernah ambil bagian di GPIB ‘Pondok Ungu’ Bekasi, Pendeta Johny Temmar dan yang sedang menjalani kevikariatan saudara Jonisius Lakasoma, S.Fil.
Jikalau mau diuraikan sejak 21 November 2004 saat dilembagakan sebagai jemaat mandiri bertempat di Blok AM 1 Nomor 7 Perumahan Pondok Ungu Permai Bekasi, setelah itu sebulan kemudian terjadi penolakan oleh warga sekitar dan disitulah perpindahan tempat Ibadah mulai bergulir dan bergilir dengan berakhir di RUKO Taman Harapan Baru, Blok N / 17-18 Bekasi .
Lika-liku pelayanan di Jemaat pasti punya dilemma, yang mana menghadirkan berbagai macam suku, budaya dengan tingkah laku serta sifat dan karakter dari setiap orang, tapi dengan berjalannya waktu semua dapat mencair dan menerima perbedaan dan sampai saat ini masih eksis yang dilandasi kasih sayang antar warga jemaat.
Refleksi Dua Dekade kita ber-gereja dan berjemaat marilah kita introspeksi, bermuhasabah sudah sejauhmana kita melibatkan diri dalam tugas panggilan dan pelayanan, sudah sejauh mana kita mengambil bagian didalamnya, sudah sejauh mana kita bersifat simpati dan empati antar sesama.
Mari jangan hanya jadi penonton, jangan hanya ke gereja tapi bergereja, mari kita bangun dan kembangkan gereja GPIB ’Pondok Ungu‘ Bekasi menjadi lebih baik tidak hanya lingkup internal tetapi juga eksternal.
Sampaikan Misi Allah, shalom dan keadilan, dan teruskan Tri identitas gereja, Koinonia, Diakonia, Marturia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
John Paulus, Yayasan Diakonia GPIB