ArcusGPIB.com – Catatan sejarah bagi GPIB, menahbiskan tiga Gedung gereja sekaligus. Langkah strategis sebuah pelayanan yang sungguh-sungguh, dirajut dengan kekuatan kebersamaan dari hati yang mewujudkan karya layan yang diharapkan membawa damai sejahatera bagi CiptaanNya.
“Kita patut bersyukur karena berkat Tuhan, pada hari ini (3 Oktober 2021), GPIB ‘mendapat’ 3 gedung gereja dalam sehari. Ini merupakan sejarah bagi GPIB,” ujar Ketua I Majelis Sinode GPIB, Pdt Marthen Leiwakabessy dalam khotbah di ibadah penahbisan gedung gereja GPIB “Bethesda” Marau, Bakal Jemaat “Elim” Putaran, Ketapang, Kalimantan Barat.
Acara khas Dayak ditengah rintik hujan, merangkai jalannya ibadah menyabut kehadiran para pendeta dan kehadiran Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang, Alexander Wilyo. Kelima-belas pendeta yang hadir dan menumpangkan tangan, bersemangat, seakan energinya tidak habis-habis, meskipun sejak pagi sudah mengikuti dan melayani dalam 2 ibadah penahbisan gedung gereja sebelumnya.
Seperti ada dorongan semangat yang membara, tentunya semangat dari Roh Kudus yang memberikan kekuatan. Sayup-sayup terdengar lantunan lagu dalam paduan suara para pendeta, yang bernyanyi, “Di Setiap Janjiku…” yang mempertegas sukacita bersama, hanya atas anugerah Tuhan. Ya, segenap warga GPIB patut bersyukur, karena hari ini bertambah lagi gedung gereja, sebagai sarana warga jemaat untuk dapat beribadah dengan baik dan kondusif.
Sejarah Bagi GPIB
Rasanya, ini merupakan pertama kali dilangsungkan penahbisan tiga gedung gereja sekaligus dalam satu hari. Dimulai dari gedung gereja GPIB “Ekklesia” Air Upas, Bakal Jemaat “Bukit Zaitun” Air Durian, pada pagi hari pukul 08.00. Lalu di sore hari, dilanjutkan dengan ibadah penahbisan gedung gereja GPIB “Bethesda” Marau, Pos Pelkes “Anugerah” Selimatan Jaya, dimulai pada pukul 15.30. Kemudian diakhiri dengan ibadah penahbisan gedung gereja GPIB “Bethesda” Marau, Bakal Jemaat “Elim” Putaran.
Acara yang dilangsungkan, sudah jauh-jauh hari dipersiapkan, seperti misalnya pada Bakal Jemaat “Elim” Putaran, warga jemaat sudah mempersiapkan acara besar tersebut sejak 6 bulan lalu. Luar biasa!
Tentu saja bukan hanya Bakal Jemaat “Elim” yang berjerih lelah jauh-jauh hari, tetapi juga Pos Pelkes “Anugerah” yang juga turut mengundang saudara-saudara non-Kristen dari masyarakat setempat. Begitupula Bakal Jemaat “Bukit Zaitun”, yang bersama-sama bekerja keras menyelesaikan pembangunan gedung gereja hanya kurang lebih 2 tahun. Pencapaian hari ini merupakan bukti sejarah bahwa sinergisitas warga jemaat, masyarakat setempat, bersama para pendeta sangat menentukan terlaksananya pekerjaan Tuhan yang baik di tanah Borneo.
Ketiga ibadah berlangsung dengan khidmat yang juga dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah setempat, yakni para kepala dusun, kepala desa, camat, perwakilan TNI-Polri, hingga sekretaris daerah Ketapang (Sekda). Suatu kehormatan, bila peresmian dan penahbisan ketiga gedung gereja dapat dihadiri para pejabat daerah, yang mana membuktikan adanya dukungan dari pemerintah setempat.
Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang, Alexander Wilyo dalam sambutannya, menyampaikan rasa syukur dan bahagianya, atas berdirinya gedung gereja yang kokoh dan layak, guna mendukung terciptanya ibadah yang kondusif. Ia menyampaikan rasa terima kasih, karena gereja turut membantu membangun sumber daya manusia di Kabupaten Ketapang: keberadaan gereja, membina mental dan karakter masyarakat.
“Pemerintah akan terus membantu dan memperhatikan masyarakatnya, salah satunya dalam bentuk pembangunan tower sinyal, karena terbukti di sekitar gereja kesulitan sinyal. Kiranya dapat segera terlaksana,” tutur Alexander Wilyo.
Merawat Persekutuan
Rasa sukacita pun turut disampaikan oleh pendeta-pendeta sebelumnya yang pernah melayani di jemaat tersebut. Mereka turut bersyukur, karena cita-cita dan impian bersama pada masa lalu, kini dapat terwujud dengan baik, itu semua karena kemurahan Tuhan.
Bila saat ini gereja yang megah dapat terbangun, itu berarti ada kesehatian di antara warga jemaat, yang turut bersama-sama bahu-membahu dalam iman untuk membangun rumah Tuhan. Akan tetapi, ada satu pesan yang menarik, bahwa bila gereja secara fisik sudah terbangun, maka saat ini warga jemaat harus bersama-sama juga untuk merawatnya.
“Begitupula, kita tidak boleh lupa untuk membangun siapa yang ada di dalam gereja, karena gereja yang sesungguhnya adalah orang-orang yang beribadah di dalam gedung gereja. Sehingga yang tidak kalah penting adalah bagaimana merawat persekutuan hidup berjemaat,” Pdt. Heber Hutauruk sembari berpesan, semuanya harus dilakukan demi memuliakan nama Tuhan! Soli Deo Gloria! /hht/fsp