JAKARTA, Arcus GPIB – URIP IKU URUP merupakan filosofi Jawa yang artinya Hidup Itu Nyala mengandung makna bahwa hidup tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga berbagi, bersosialisasi dan bermanfaat untuk orang lain.
Mengatakan itu KMJ GPIB Jemaat SURYA KASIH Jakarta Timur Pdt.Marianus Tupessy dalam Ibadah Minggu Adven III di GPIB Jemaat MARTIN LUTHER Jakarta Timur, Minggu 15 Desember 2024.
”Hidup itu harus menyala sama dengan lagu yang dinyanyikan oleh Paduan Suara Jemaat GPIB ’MARTIN LUTHER’ Jakarta Timur , setiap hari harus bergembira, Oh happy day,” kata Pendeta Pdt. Marianus.
Menurutnya, ada keharuman yang senantiasa terpancar pada masa yang akan datang akan mewarnai perjalanan umat Tuhan kedepan.
”Tapi persoalannya adalah apakah kita siap bangun ketaatan, kesetaraan kepada Tuhan atau tidak, jika tidak jangan harap happy day, jangan harap hidup ini harus menyala,” tandas Pendeta Marinus.
Dikatakan, keselamatan bagi umat Tuhan berarti ada jejak yang ditinggalkan oleh umat sebelumnya yaitu jejak ketidakselamatan, jejak ketidakbahagiaan dan jejak kesengsaraan, Yesaya 35: 1-2.
Ketika umat Tuhan dalam kondisi yang terpuruk , dalam kondisi serba tidak nyaman, yang lemah lesu, yang kecewa, yang frustrasi, yang melihat masa depan serba tidak pasti, ada yang tangan sudah menyerah, jangan takut itu yang disampaikan Tuhan kepada umatnya, Ayat 4.
“Hal yang perlu kita sikapi bersama ketika kita membangun ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, jangan kita berpikir bagaimana caranya Tuhan akan memberikan sesuatu kepada kita, karena apa! Kita selalu berpikir dengan cara logika bagaimana cara Tuhan menjawab apa yang menjadi tantangan dan pergumulan kita,” kata Marinus.
Padahal, katanya, tidak bisa terselami oleh logika ketika Tuhan melakukan sesuatu dalam hidup ini. Yesaya 43 : 19,21 ada sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
”Ada sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. yaitu ketika kita membangun ketaatan ditengah-tengah keterpurukan, kekuatiran dan rasa tidak percaya diri yaitu ketika kita membangun ketaatan ditengah-tengah keterpurukan, kekuatiran dan rasa tidak percaya diri,” ujar Pendeta Marinus.
Lanjut, kata Pendeta Marianus menanyakan soal kegembiraan, ketakutan, kekuatiran disepanjang tahun 2024 kaitannya dengan keimanan seseorang kepada Tuhan.
”Ketika kita melihat kehidupan ini hanya milik manusia, tidak akan pernah kita merasakan ketentraman dan kedamaian,” imbuhnya.
Keharuman, kesemarakan, keramaian dan sanjungan yang akan diterima oleh umat Tuhan pada masa yang akan datang, masa kini, harus kembali melihat jati diri untuk bisa melihat masa depan lewat perubahan dalam diri yakni mengenal Tuhan, mengenal sang pencipta, mengenal Yesus yang datang sebagai juruselamat.
John Paulus, Yayasan Diakonia GPIB