Home / Opini

Minggu, 9 Maret 2025 - 14:24 WIB

Kekuatan dan Kelemahan Generasi Z, Bagaimana Memperlakukannya?

Generasi muda GPIB dalam sebuah acara, menari. /Foto: Frans S. Pong.

Generasi muda GPIB dalam sebuah acara, menari. /Foto: Frans S. Pong.

JAKARTA, Arcus GPIB – Akademisi Robby Ig Chandra DMin, MA, MATH dalam sebuah tulisannya mengatakan, Generasi Z dikenal sebagai generasi yang kreatif dan cakap dalam menggunakan teknologi digital.

Sedangkan generasi Baby Boomers sering dianggap sebagai generasi yang konservatif, mempertahankan kebiasaan lama, dan sulit menerima perubahan, sehingga sering dipandang kolot. Namun, dikenal sebagai pekerja keras, kompetitif, berorientasi pada pencapaian, berfokus pada karier, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Bagaimana posisi generasi Z di gereja? Robby mengatakan, kekhasan dari pemimpin yang melayani Gen-Z di gereja seharusnya terletak pada pendekatan yang relevan, autentik, dan penuh perhatian terhadap kebutuhan serta dinamika yang unik dari generasi ini. Mereka akan dapat memberi dampak yang menekankan kepada pemimpin harus berinkarnasi alias memasuki kehidupan dan dunia mereka.

Juga kata Robby, pemimpin harus menjadikan generasi Z menjadi sahabat sehingga mereka terdorong mencari Tuhan yang juga dipahami sebagai sahabat yang memberikan anugerah tanpa prasyarat.

Berikut adalah beberapa praktik agar pemimpin yang melayani Gen-Z di gereja berdampak, yakni lakukan Pendekatan yang Relasional dan Otentik. Gen-Z cenderung mencari hubungan yang otentik dan tulus.

Mereka lebih mudah terhubung dengan pemimpin yang menunjukkan ketulusan, kejujuran, dan keterbukaan. Pemimpin gereja yang melayani mereka perlu menjadi contoh hidup yang relevan, bukan sekadar memberikan ajaran yang terpisah dari kehidupan nyata mereka.

Pemimpin gereja perlu menggunakan platform digital seperti Instagram, YouTube, atau TikTok untuk berkomunikasi, memberikan inspirasi, dan menjangkau mereka. Namun, penggunaan teknologi harus bijaksana dan tidak hanya sebatas promosi, tetapi untuk membangun komunitas dan berbagi nilai-nilai iman.

Pemimpin gereja yang melayani mereka harus mampu mendiskusikan topik-topik seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, keadilan sosial, dan masalah sosial lainnya dengan pendekatan yang berbasis kasih dan kebenaran Alkitab. Mereka menghargai pemimpin yang memperlihatkan tindakan nyata dan tidak hanya berbicara tentang isu-isu ini.

Baca juga  Emosi Merusak Persatuan, Kearifan Tidak Ada Dalam Emosional dan Meledak-ledak

Pemimpin gereja harus mampu menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang, orientasi seksual, atau status sosial. Menghargai keberagaman dan menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk berbicara dan belajar menjadi kunci dalam pelayanan.

Menghargai mereka dan melibatkan mereka. Gen-Z lebih ingin terlibat langsung dalam kegiatan dan pengambilan keputusan. Mereka tidak hanya ingin menjadi pendengar, tetapi juga pelaku. Pemimpin gereja perlu memberi ruang bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pelayanan, baik melalui pelayanan sosial, musik, teknologi, atau berbagai inisiatif gereja lainnya.

Memberikan Makna dan Tujuan hidup iman. Pemimpin gereja yang melayani mereka harus bisa membantu mereka menemukan tujuan hidup yang lebih besar, bukan hanya sekadar mengikuti aturan agama, tetapi bagaimana hidup mereka dapat memberi pengaruh positif bagi dunia.

Karena Gen-Z sering berhadapan dengan banyak tantangan dalam dunia yang terus berubah, pemimpin gereja perlu bersikap fleksibel dan kreatif dalam menyampaikan pesan dan kegiatan gereja. Ini termasuk menyelenggarakan acara yang interaktif, seperti diskusi kelompok, acara virtual, atau bahkan workshop yang relevan dengan masalah mereka.

Membangun Komunitas yang Solid dan Peduli. Gen-Z sering merasakan tekanan dan isolasi, terutama di era digital yang serba terbuka. Pemimpin gereja harus berfokus pada pembentukan komunitas yang peduli, saling mendukung, dan membangun rasa kebersamaan. Memiliki tempat yang aman bagi Gen-Z untuk berbagi cerita dan perasaan mereka sangat penting dalam proses pertumbuhan rohani mereka.

Baca juga  Mengajak Jemaat Hidup Bermutu: Pengkhotbah Moralitas Harus Tahu Ini

Secara keseluruhan, pemimpin yang melayani Gen-Z di gereja harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan akar dan kerangka dasar ajaran iman Kristen yang utuh, mendengarkan dengan penuh empati, dan memberi contoh hidup yang nyata. Mereka harus mampu menjalin hubungan yang kuat dan menunjukkan bahwa iman Kristen itu relevan, penuh kasih, dan bisa memberi perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kelemahan Gen-Z

Warga Gen-Z mengalami banjir informasi dan narasi melalui gadget. Setiap hari lebih dari 8 jam terkonek dengan orang lain yang mereka pilih. Mereka hidup di dunia yang memberi ragam pilihan mengenai apapun lebih besar daripada apa yang orang tua dan generasi sebelum miliki. Namun, tanpa modal atau bekal untuk mengambil pilihan yang bijak, mereka akan mudah risau bahkan terseret ke arah yang tak terduga.

Di tengah keriuhan tersebut banyak dari mereka merasakan hidup tidak bermakna dan kesepian menghantui mereka karena, mereka merasa sendiri dan orang lain tidak memahami apa yang jadi kerisauan mereka. Riset BRC menunjukkan hal tersebut.

Karena itu mereka rindu sosok-sosok yang menjadi inspirasi sejati. Mereka rindu sosok-sosok yang menunjukkan bahwa, ada makna hidup yang sudah dipahami dan dipegang. Mereka rindu melihat orang-orang yang hidup dengan passion atau panggilan mereka. Namun, mereka terutama butuh orang-orang seperti itu namun yang ramah dan memahami keberadaan generasi yang sedang mengalami transisi pribadi yang besar dalam aspek jasmani, kejiwaan, dan hidup iman mereka. /fsp

Share :

Baca Juga

Opini

TERANG DUNIA: Kekristenan Kita Haruslah Nampak

Opini

Emosi Merusak Persatuan, Kearifan Tidak Ada Dalam Emosional dan Meledak-ledak

Opini

AKHIRNYA Kebaikan Itu Selalu Menang

Opini

“Ama Et Fac Quod Vis” Cintailah Dengan Cinta Dari Hati, Lalu ….

Opini

Sosialisasi dan Pembekalan bagi Pendeta tentang Perelevansian Materi Katekisasi GPIB

Opini

JALAN HIDUP KITA: Apakah Godaan dan Bahaya Itu Ada?

Opini

Mengajak Jemaat Hidup Bermutu: Pengkhotbah Moralitas Harus Tahu Ini

Opini

Kaya, Dikagumi dan Tersohor, Pilih yang Mana?