JAKARTA, Arcus GPIB – Menyikapi banyaknya pertanyaan: Apa yang sudah dan akan dikerjakan GPI (Gereja Protestan di Indonesia) dalam bergereja, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, Ketua Umum GPI Pendeta Rudy Ririhena menjawab tuntas.
Dalam sambutannya di ibadah syukur HUT GPI ke-420 yang dirayakan di GPIB Effatha Jakarta, Kamis (27/02/2025) Pendeta Rudy mengatakan, GPI harus menjadi gereja yang memancarkan terang kasih Allah bagi manusia melalui program-program pelayanannya.

KMJ GPIB Paulus Jakarta Pdt. Johny A. Lontoh menerima bucket bunga dari Pdt. Rudy Ririhena

Paduan suara semarakkan HUT ke-420 GPI
GPI harus keluar dari zona nyaman yang hanya memperhatikan dirinya sendiri untuk kemudian bersama pemerintah dan masyakat melaksanakan kegiatan pelayanan bagi masyarakat luas, terutama mereka yang berada di daerah 3 T : Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar.
Untuk itu, kata Pendeta Rudy, dalam pelayanannya dua tahun terakhir ini GPI hadir di daerah pinggiran AMBON, di ASMAT dan KAIMANA PAPUA dan nanti di TALAUD, melaksanakan BAKTI SOSIAL melalui bantuan Pendidikan, Pelayanan Kesehatan, Pembinaan kepada warga masyarakat.

Suasana ibadah syukur saat menjalankan kantong persembahan.

Sebagian peserta mengenakan selempang sebagai tanda utusan 12 Sinode Gereja Bagian Mandiri
GPI juga diharapkan menjadi gereja yang memancarkan kasih Allah bersama GBM-GBM tampil menyuarakan suara kenabian ketika terjadi praktik ketidakadilan, korupsi dan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi.
Lanjut, kata Pendeta Rudy menjawab pertanyaan: Apa yang telah dilakukan GPI? GPI telah melakukan pencerahan tentang LITERASI KEUANGAN.
Hal itu dilakukan GPI karena banyak warga gereja yang terjebak “investasi bodong” atau investasi abal-abal. Melalui pencerahan tersebut warga gereja mulai berhati-hati mengelola keuangan.
Menyadari pentingnya memelihara lingkungan hidup, GPI telah menjalin kerja sama dengan Green Faith Indonesia, untuk memberikan pelatihan dan pembinaan khusus untuk para pemuda gereja yang sudah berlangsung tahun lalu di Tondano Sulawesi Utara.
Langkah maju terus dilakukan GPI. Untuk menanamkan akan kesadaran pentingnya lingkungan laut dan pemberdayaan bagi para nelayan, dalam waktu dekat GPI akan bekerjasama dengan “Yayasan Laut Lestari Indonesia”. Salah seorang pengurusnya hadir yaitu Jura Katoppo. Yayasan ini sudah bekerja sama dengan GERMITA; Ketua Sinodenya Pendeta Dr. Arnold Abbas.
GPI, kata Pendeta Rudy juga telah menandatangani kerjasama dengan Asosiasi Pastoral Indonesia. Sebagai gereja yang menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan, maka para pemimpinnya perlu memahami prinsip-prinsip PASTORAL dalam penyelesaian suatu masalah.
Berita terbaru dan diluncurkan dalam perayaan HUT ke-420 GPI yakni launching paltform digital “EKOSISTEM KOLABORASI DIGITAL GEREJA BERSAUDARA” yang dibangun bekerja sama dengan YAYASAN YAKIN.
”EKOSISTEM KOLABORASI DIGITAL GEREJA BERSAUDARA dibangun dan disiapkan bagi masing-masing Sinode Gereja Bagian Mandiri untuk saling terhubung satu sama lainnya,” tutur Pendeta Rudy.
Diakui, perjalanan sebagai gereja bersaudara tidak selamanya mulus. Ada saja tantangan dan rintangan. ”Kami percaya bahwa gereja bersaudara dapat duduk bersama dalam tuntunan Roh Kudus menyelesaikan setiap pergumulan yang dihadapi.”
”Mari bergandengan tangan memelihara persaudaraan sebagai gereja saudara utk menjawab perkembangan zaman di era milenial ini beriring dengan perkembangan berteologi dan bergereja.”
”Terima kasih kepada 12 Sinode Gereja Bagian Mandiri yang sudah menopang pelayanan GPI selama ini. Terima kasih unk bp Pdt Jacky Manuputty yang sudah memimpin ibadah Syukur HUT 420 GPI.
”Terima kasih untuk Majelis Jemaat GPIB Effatha. Ibu-ibu yang sudah berpartisipasi mempersiapkan konsumsi. Juga untuk Tim Kerja, saya menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan kelemahan selama masa bakti kami untuk itu kami mohon maaf.” /fsp