Sulawesi Tenggara, Arcus GPIB – Menyampaikan renungan dalam gereja atau rumah sudah sering terlihat. Tidak ada hal baru yang bisa dinikmati yang melihatnya.
Pdt. Syancrist Melani, Puspita Lumeno, S.Th cerdas memilih lokasi saat menyampaikan renungan “Morning Call” Senin, 24/10/2022. Ia memilih tempat yang tidak biasanya sebagai tempat berkhotbah.
Sesekali terdengar seperti suara ternak sapi bahkan ada suara genset pembangkit listrik saat saat Pdt. Syancrist Melani, Puspita Lumeno, S.Th, Pendeta Jemaat GPIB Bethel, Raha pos Pelkes Brayat Minulyo, abadi Jaya dan Ora Et Labora, Wakobalu Agung, Sulawesi Tenggara.
Suara-suara seperti suara sapi dan genset menjadi daya tarik tersendiri, ada pesan tersampaikan bahwa disitu ada lahan usaha milik gereja, tempat pembuatan batu merah yang hanya ditutupi tenda-tenda yang menjadi tumpuan warga jemaat. “ini salah satu mata pencaharian jemaat di pospelkes Brayat Minulya Abadi,” kata Pdt. Syancrist.
Dalam renungannya mengurai Firman Tuhan dari Yeremia 8: 8 ia mengajak warga jemaat untuk sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan dan jauh dari sikap pura-pura.
Dalam zaman modern saat ini terlalu banyak hal-hal yang fake atau palsu. Kepalsuan itu bukan hanya pada suatu barang atau tempat atau akun sosial media melainkan juga soal perasaan, baik itu menyangkut orang lain, diri sendiri, dan lebih parahnya lagi kepada Tuhan. Salah satu contoh kepalsuan perasaan kepada Tuhan ialah pura-pura bertobat.
“Saya rasa kalau kita bicara soal pertobatan ini bukan hal yang baru lagi. Atau mungkin kita pun juga sudah pernah melakukan yang namanya bertobat,” kata Pdt. Syancrist.
Menurut Calvin ada tiga unsur pertobatan. Pertama, terjadi perubahan dalam jiwa, jadi bukan hanya perubahan perbuatan lahiriah. Kedua, harus ada rasa takut yang sunggguh-sungguh akan Allah. Ketiga, pematian daging dan dihidupkannya kita oleh Roh.
“Pertobatan itu harus dilakukan dengan kesadaran secara penuh. tetapi sayannya, juga terkadang secara sadar kita kembali hidup dalam kedagingan kita yang pada akhirnya pertobatan itu hanya perasaan sesaat dan kemudian sirna dengan sendirinya. Dan bisa dikatakan bahwa pertobatan itu dalam kepura-puraan,” tutur Pdt. Syancrist.
Sikap demikian, kata dia, juga dimiliki bangsa Israel, dimana mereka mengaku bertobat tetapi kenyataannya mereka tidak melakukan dan hidup dalam pertobatan itu.
Itulah sebabnya Tuhan mengekspresikan keheranannya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Israel. terkait pertobatan mereka. Tuhan menganggap pertobatan menganggap hanya pengakuan belaka tanpa perubahan sikap yang nyata alias hanya asal-asalan atau penuh dengan kepalsuan.
“Firman Tuhan menasihati kita agar tidak menempuh jalan sama seperti bangsa Israel. Jangan menunda-nunda pertobatan dan berpura-pura, sadarilah segera kesalahan dan pelanggaran kita selagi Tuhan masih berpanjang sabar.”
“Hanya dengan bertobat maka Tuhan berkenan memulihkan bapak ibu dan saya,” imbuhnya. /fsp