BOGOR, Arcus GPIB – Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Zebaoth Bogor, Pendeta Margie Ririhena – De Wanna, D.Th menyatakan keprihatinannya atas kondisi bergereja saat ini dengan berbagai persoalan yang ada.
“Di ranah ekumenis kita berhadapan dengan sikap apatis yang kadang membuat gereja-gereja semakin terasing satu sama lain sehingga enggan untuk peduli terhadap persoalan yang dihadapi gereja yang lain bahkan semangat kompetisi antar gereja semakin menguat,” tuturnya.
Penegasan tersebut disampaikan Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Zebaoth Bogor, Pendeta Margie Ririhena – De Wanna, D.Th dalam sambutannya memperingati HUT 103 tahun Gedung Gereja Zebaoth Bogor, Minggu 5 Februari 2023.
Hal lainnya yang dihadapai gereja, permasalahan kekerasan berbasis gender, kekerasan berbasis digital dan kekerasan tehadap kelompok disabilitas.
“Menggereja adalah sebuah bentuk kesadaran bahwa kita sebagai gereja harus terus belajar dan sekaligus mengajar (ecclesia dicen, ecclesia docen) sehingga berkembang dalam mengerjakan bagian pelayanan dipercayakan Tuhan semaksimal mungkin, tanpa pernah meninggalkan dasarnya, yaitu Yesus Kristus,” imbuh Pendeta Margie menunjuk 1 Korintus 3:10-11.
Gedung Gereja adalah tanda kehadiran Allah yang mewujud dalam persekutuan umat yang bersekutu, melayani dan bersaksi.
Ada harapan tersematkan agar GPIB Zebaoth terus membangun kolaborasi bersama Pemerintah dan para sahabat dan saudara sebangsa dengan latar belakang yang beragam mengatasi permasalahan yang mengancam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama.
Hadir dalam peringatan HUT 103 tahun Gedung Gereja Zebaoth Walikota Bogor, Pendeta Marthen Lewakabessy Ketua I MS GPIB, H. Ujang Suptiyatna, S.Ag, M.Pd.I Ketua KUB Kemenag Kota Bogor, KH Zaenal Abidin Ketum Basolia Bogor dan sejumlah aparat setempat serta tokoh-tokolintas agama.
GPIB Zebaoth selama 103 tahun telah hadir di bumi Pasundan dengan maksud dan rencana Tuhan. Melalui warga jemaatnya yang hadir diberbagai ruang pekerjaan, warga jemaat telah dan akan terus berperan sebagai simpul pengikat relasi persaudaraan sesama warga bangsa untuk bersama-sama berjuang menghadirkan pembebasan dan penyembuhan demi kehidupan yang harmonis dan humanis dalam rahim NKRI khususnya di kota Bogor.
Sebagai gereja, Zebaoth harus terus belajar dan bertumbuh bersama dengan semua saudara sebangsa dalam mengerjakan bagian pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita semaksimal mungkin. Teruslah melanjutkan pelayanan di bumi Pasundan teruslah berbuah.
“Tidak dapat disangkal bahwa gereja berhadapan dengan konteks yang tidak sama dengan 103 tahun yang lalu ketika didirikan. Kita bersyukur untuk banyak orang yang telah menabur dan menuai di ladang milikNya ini,” kata Pendeta Margie.
Sebagian besar dari mereka tidak ada lagi bersama kita, tetapi spirit persekutuan, pelayanan dan kesaksian terus dirawat dalam konteks yang terus berubah.
Gereja ditantang untuk selalu mampu menghadapi perubahan tersebut tanpa pernah kehilangan jatidirinya sebagai Tubuh Kristus dan di dalam dunia, khususnya di kota Bogor.
Karenanya, Pendeta Margie berharap, GPIB Zebaoth di usia 103 terus membangun komitmen bersama untuk terus hadir sebagai gereja yang inklusif, sebagai wujud becoming public congregation. /fsp