Home / GPIB Siana

Kamis, 16 Mei 2024 - 09:00 WIB

MENARIK, Paparan Dua Pendeta GPIB Di Seminar untuk Presbiter

Pdt. Alexius Letlora D.Th: Suami-istri harus “Eksentrik“

Pdt. Alexius Letlora D.Th: Suami-istri harus “Eksentrik“

Banyak mendapat pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta. Dari soal hubungan suami istri, perceraian hingga LGBT.

JAKARTA, Arcus GPIB – Terobosan menarik dilakukan Departemen Teologia dan Persidangan Gerejawi (TPG). Departemen ini melaksanakan  Seminar Alkitab untuk Presbiter. Menarik karena antusias presbiter mengikuti cukup tinggi.

Seminar ini dilaksanakan sebanyak 20 kali pertemuan secara daring. Dalam dua kali pertemuan yang telah digelar peserta yang hadir hampir mencapai 200 orang.  Pertemuan pertama menghadirkan narasumber Pendeta Sally Naomi S. Neparassi, M.Th dengan topik “Mengenal Paulus: Hidup dan Pelayanannya” pada 27 April 2024 dan pertemuan kedua dengan narasumber Pendeta Alexius Lerlora D.Th mengangkat tema “Perkaya Perkawinan Anda” (Enriching Your Marriage) pada 11 Mei 2024.

Peserta antusias menanyakan berbagai hal yang terjadi di jemaat maupun soal rumah tangga.

Tinggi minat peserta mengikuti Seminar Alkitab untuk Presbiter oleh Departemen Teologi dan Persidangan Gerejawi.

Pendeta Sally saat memaparkan materinya banyak memperkenalkan latar belakang Rasul  Paulus dengan segala jejak-jejak pelayanannya, saat ditangkap di Yerusalem, diadili oleh Gubernur Feliks dan di penjara dua tahun di Kaisarea, diadili oleh Gubernur Festus dan pembelaan diri di hadapan Herodes Agripa dan Bernike.

“Bersediakah kita melayani Tuhan seperti teladan Rasul Paulus?” tanya Pendeta Sally seakan menantang peserta seminar Alkitab untuk mau meneladani Paulus.

 

Pendeta Letlora saat memaparkan materi “Perkaya Perkawinan Anda” yang dipandu Pendeta Meilanny Risamasu  banyak mendapat pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta. Dari soal hubungan suami istri, perceraian hingga LGBT.

Seperti yang ditanayakan Pendeta  Ellen Polii  dari GPIB Karunia Banten mengatakan, banyak negara bahkan organisasi internasional menyetujui dan mengsahkan gerakan LGBT. Dan dari GPIB Bethel Tanjungpinang – Mupel Kepri menanyakan soal perkawinan Kristen yang bercerai karena  Tuhan salah memberkati pasangan itu. Dan juga mempertanyakan soal presbiter khususnya pendeta yang selingkuh hingga terjadi perceraian.

Baca juga  Kebanggaan Pdt. Stephen Sihombing: Suami-Istri yang Menghormati Hamba Tuhan

Menurut Pendeta Letlora, persoalan pertama sebelum kejatuhan manusia dalam dosa adalah soal LONELYNESS. Ini TIDAK BAIK dalam pandangan Allah. Yesus mengundang manusia dalam ruang Persekutuan yang bermuara pada pembaruan, Yoh. 15:9 – Kata ‘tinggal’ – make yourselves at home in my love (The Message Bible).

Tujuan perkawinan bukanlah kebahagiaan seperti yang diangan-angankan banyak pasangan sebelum diberkati,  melainkan pertumbuhan. Kebahagiaan itu justru ditemukan di tengah-tengah perjalanan (proses) perkawinan yang dilandasi cinta kasih Kristus. Kalau tujuan pasangan adalah bahagia, maka pasangan kita akan kita peralat demi mencapai kebahagiaan itu.

Itu sebabnya, pasangan dengan tujuan bahagia justru menjadi yang paling tidak bahagia dalam perkawinan. Bahkan, tujuan ini banyak mengakibatkan perceraian, dengan alasan ia tidak merasa bahagia dengan pasangannya.

Sebagai refleksi, Pendeta Letlora mengatakan, dewasa ini diperlukan ketrampilan dalam mengatasi konflik yang kualitasnya lebih besar dari masa lalu berdasarkan janji perkawinan di hari pemberkatan. Hindari que sera sera. Konflik adalah KRISIS yang didalamnya setiap keputusan adalah untuk mengatasi krisis.

Diperlukan model komunikasi – listen to understand not listen to  react. Hadir sebagai suami-istri yang “eksentrik“ mau berjuang bersama agar perkawinan mengalami upgrading, upgrowing, updating.

Mengakui kerapuhan diri dan karena itu ‘tinggal’ di dalamNya adalah undangan yang mengakui bahwa Allah yang mahatahu (omniscience),  mahahadir (omnipresent) dan mahakuasa (omnipotent) ditudungi oleh Allah MAHAKASIH – being present  then doing good (Yoh. 14: 23, 15: 10) dan melakukan retreat berdua.

Dalam seminar Alkitab tersebut juga muncul pertanyaan menikah secara Islam, seiring berjalannya waktu, salah satu pasangan kembali ke Kristen. Apakah ada dalam aturan GPIB yang bisa dipakai oleh para presbiter untuk mengambil keputusan dalam hal ini? apakah dengan pembaharuan iman itu sudah cukup untuk menjadi warga gereja?

Baca juga  PEMBINAAN: UP2M GPIB Paulus Jakarta Adakan Pelatihan Service AC

Dapat dikatakan paparan menarik materi yang disampaikan Pendeta Letlora membuat peserta antusias menanyakan berbagai hal terkait perkawinan, rumah tangga dan lainnya. Peserta seminar, Antonius Dijan dari GPIB Gibeon Rumbai  mengatakan bahwa tujuan Allah merestui institusi pernikahan adalah tetap membuatkan gambar Allah pada pasangan ciptaanNya, dimana sang Firman dan sang Roh Allah bersatu pada sebuah keluarga yang dipresentasikan oleh suami (Firman Allah) dan istri (penolong yang lain – Roh Allah) dan bisa sebaliknya tergantung situasi kerelaan kehendakNya.

Sementara peserta dari GPIB Beth-El Magelang menanyakan soal peraturan perkawinan. Apakah harus diawali dengan perkawinan agama baru catatan sipil.

Pendeta Letlora mengatakan, seminar Alkitab yang membicarakan persoalan perkawinan dan keluarga ini membuka banyak hal. “Sepertinya, terbukalah katub-katub yang selama ini menghambat banyak pertanyaan,” kata Letlora.

“Saya selalu melihat apa hakekatnya dan apa fungsinya sebab selama ini seringkali yang menjadi perhatian itu hanya pada tataran fungsi. Undang-undang atau janji pranikah yang dibuat selalu berbicara tentang fungsi,” tuturnya. Fungsinya apa, tanya Letlora, fungsinya untuk melindungi pasangan kebangkrutan ekonomi.

Soal pemberkatan di gereja Pendeta Letlora tegas mengajak untuk memperhatikan dengan baik dan tidak menyepelekan mengenai pemberkatan dan pastoral.

“Seringkali soal pemberkatan dan pastoral dikalahkan dengan mencari pakaian untuk pemberkatan, gedungnya, undangan. Hal-hal seperti itu lebih dinomorsatukan. Sementara gereja hanya sebagai sarana sekadar melengkapi terjadinya pemberkatan. Ini keliru, karena yang harus dilihat bahwa fungsi atau peran gereja bukan pada saat pra pemberkatan tapi paskah pemberkatan,” tandas Letlora.

 Sekadar info, Seminar Alkitab untuk Presbiter yang dilaksanakan oleh Departemen TPG ini akan memasuki Sesi ke-3 pada 25 Mei 2024 mengangkat tema: ”Mengetahui Kitab Pengkhotbah” yang akan disampaikan Pendeta Prof. Dr. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. /fsp

Share :

Baca Juga

GPIB Siana

Memberi Terbaik, Sandra Sambuaga: “DIA Lebih Dahulu Memberkati”

GPIB Siana

Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly Dipastikan Hadiri PST 2022

GPIB Siana

Di HUT Sekum Pdt. Elly, PS. Inforkom Litbang Naikkan Pujian

GPIB Siana

”Kita  Berupaya Pendeta  Pensiun Skala Gaji 2013 Dinaikkan”

GPIB Siana

Pdt. Aurelius Porawouw Melayani Di Natal Oikumene Pemuda Batam

GPIB Siana

Hidup Tidak untuk Diri Sendiri, Hidup Itu Harus Menyala

GPIB Siana

Mari Pahami Liturgi, Pdt. Dina Meijer-Hallatu Sentuh Soal Kawin Cerai dan Martumpol

GPIB Siana

Tidak Taat Memberi Persembahan Persepuluhan Tindakan Penipuan Terhadap Tuhan