JAKARTA, Arcus GPIB – Dari air kita belajar ketenangan, pikiran jernih dan sekaligus belajar menghadapi derasnya arus, dan ombak, gelombang serta keruhnya kehidupan dunia.
Dari angin kita belajar kesejukan dan sekaligus belajar menghadapi badai kehidupan di atas dunia. Dari batu kita belajar ketegaran dan kekokohan di tengah badai, deras dan kerasnya hidup ini dan sekaligus belajar tentang ketidakpedulian kerasnya kehidupan yang kita alami.
Demikian pesan bermakna dari Pdt. Frans J. Wantah dalam situs facebook miliknya. Narasi yang diberi Judul “Aii, Angin, Batu, Padi” ini mengajak untuk mau belajar dari alam dan lingkungan sekitar.
“Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri dari yang menjijikkan menjadi yang terindah, dan sekaligus belajar membuat siapapun seseorang dapat menyenangkan kita dan kitapun menyenangkan orang lain,” tutur Pendeta GPIB yang menerima emiritasi di GPIB Bukit Moria Jakarta ini.
Dikatakan, dari padi seseorang juga bisa belajar untuk merendahkan hati walau mendapat tekanan yang menyesakkan.
“Dari padi kita belajar rendah hati, dan sekaligus belajar sekalipun dipukul, ditumpuk dan ditindas, malahan membuat kehidupan ini dikenyangkan,” kata Pdt Wantah.
Pada bagian lain pesannya, alumni STT INTIM Makassar ini mengatakan, dalam hidup ini pasti semua orang ingin menjadi yang terbaik.
Renungkanlah. Untuk menjadi yang terbaik tidak perlu menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten dan biarkan waktu yang akan membuktikan.
“Permata akan tetap bersinar meskipun terpendam dalam lumpur yang gelap pekat. Maknanya untuk kita majulah tanpa menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan, jadilah baik tanpa harus menjelek an dan jadilah benar tanpa harus menyalahkan orang lain,” imbuhnya. /fsp