MARYLAND, Arcus GPIB – Wow,…ada ibadah Natal unik diselenggarakan Indonesian American Presbyterian Church (IAPC) di Maryland, Amerika Serikat (AS). Unik karena ada fragmen Natal yang dikisahkan lewat tenun dan batik yang menceritakan sejarah kelahiran Yesus yang diiringi alunan angklung.
Seperti diceritakan Pendeta Romy Fardo Pelupessy dari Maryland AS kepada Frans S. Pong Arcus Media Network, filosofi makna dalam selembar kain batik Tiga Negeri tua, yakni Tjoa Giok Tjiam dari Jawa yang berusia 100 tahun lebih dan dua kain tenun Geringsing dari Bali dan Hinggi Kombu dari Sumba semakin memperdalam makna Natal melalui tiga pesan utama, Christmas Survival, Hope, and Love.

Kain tenun dan batik memberi pesona saat fragmen Natal disampakan.
Rangkaian ibadah menjadi menarik manakala Pelayan Firman dari GPIB, Pendeta Romy Pelupessy mulai berkisah soal kelahiran Kristus dengan fragmen Natal dalam ibadah yang mengangkat tema “… pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Matius 2:12).
“Berita Natal itu pun sudah disampaikan di masa lalu lewat keindahan kain tenun tradisional dan lukisan indah batik Indonesia,” kata Pendeta Romy yang kini menempuh studi lanjut di Fordham University, New York, AS bidang Christian Spirituality.
Acara Natal yang juga dihadiri Wakil Duta Besar RI di AS, Ida Bagus Made (Sade) Bimantara semakin menarik dan semarak dengan hadirnya Schweinhaut Angklung dan menghadirkan nuansa Indonesia melalui makanan yang disiapkan serta Pohon Natal yang dihias dengan syal dan sarung tenun dari Amarasi, Nusa Tenggara Timur.
“Pelatih Angklung, Ibu Ary Preach mengemukakan bahwa grup angklung yang terdiri dari lansia lintas agama dan penyandang disabilitas ini rutin berlatih dan sukacita membawakan empat pujian Natal, O Holy Night, Amazing Grace, Silent Night, dan White Christmas,” tutur Pendeta Romy.

Jemaat yang mengikuti ibadah Natal IAPC di Maryland AS
Perayaan Natal juga melibatkan anak-anak yang semakin menambah kemeriahan dalam Ibadah dan Perayaan Natal ini. Gema intergenerasional, inklusivitas, dan interfaith menguatkan perayaan Natal yang unik dan penuh kesan.
Dalam ibadah, ada pula lagu-lagu dalam Bahasa Daerah Indonesia yang berpadu dengan Bahasa Indonesia dan Inggris. Pnt. Isje Kansil sebagai Majelis dari IAPC mengemukakan bahwa hal ini baru pertama kali dilaksanakan dan menjadi berkat bagi jemaat.

Tim Schweinhaut Angklung menyampaikan pujiannya.
Hal ini, kata Pendeta Romy, mendatangkan sukacita bagi Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) mengingat kerja sama yang telah dibangun sejak 20 lebih dengan IAPC, Maryland.
Menurutnya, ibadah Natal ini merupakan pertama kalinya digelar oleh IAPC dengan memakai angklung sebagai alat musik dan sekaligus memperkenalkan kain batik dan tenun khas Indonesia.
Mempesona, itulah yang terlihat saat Pendeta Romy menghadirkan kisah kelahiran Yesus lewat tiga fragmen keindahan gambar dan corak dari kain tenun dan batik Indonesia.
Dari fragmen itu, so pasti membuat warga jemaat yang hadir saat itu menjadi bangga, membangkitkan spirit nasionalisme Indonesia, kecintaan pada produk Indonesia.
Dalam renungan Natal tersebut, Pendeta Romy memaparkan bagaimana filosofi dan kisah kelahiran bayi Natal dalam nuansa etnik Indonesia lewat tiap untaian benang kain tenun dan goresan tinta lilin batik indah dari tiap jemari pembuatnya.
Ibadah Natal yang sangat Indonesia ini dimulai dengan kidung pembukaan dengan instrumentalia angklung bertajuk “O Holy Night”.
Tiga fragmen kain tenun dan batik disampaikan satu persatu dalam kothbah Natal yang diselingi dengan irama alunan musik angklung. Tiga pesan Natal tematik yang disampaikan mengagumkan melalui kehadiran “A Sacred Wisdom of Batik Tiga Negeri (Java) dan Christmas Survival, A Sacred Wisdom of Tenun Gerinsing (Bali) and Christmas Hope, dan terakhir fragmen A Sacred Wisdom of Tenun Hinggi Kombu (Sumba) and Christmas Love.
Mengutip Menurut Penatua Isje Kansil, yang juga salah satu pemain angklung dan pengurus gereja IAPC, ibadah dengan iringan musik angklung adalah satu terobosan pertama untuk memperkenalkan musik angklung dalam gereja dan publik di Amerika.
“Bahwa musik angklung dapat dimainkan tak kalah syahdu dan indah dalam membawakan lagu-lagu klasik natal sejak awal hingga akhir ibadah gereja,” katanya menjelaskan.
Tak kalah menariknya, para pemain angklung dari Schweinhaut Angklung adalah ada para lanjut usia yang bukan orang Indonesia dan bukan penganut agama Kristen. Bahkan ada juga yang menjadi penyandang disabilitas.
Mengutip ANTARA, seperti disampaikan Ary Peach, pelatih dan pemimpin dari grup Schweinhaut Angklung, para lansia anggota Schweinhaut berasal dari Washington DC Area sudah menguasai angklung dengan baik karena sudah latihan teratur setiap minggu.
Jemaat yang hadir merasakan sukacita Natal, menyanyikan tembang-tembang klasik di ibadah natal ini seperti O Holy Night, Malam Kudus, Amazing Grace, dan White Christmas, melantun indah bersama suara getaran bambu angklung, yang berpadu cantik dengan dentingan piano dan suara nyanyian jemaat dengan lirik berbagai lagu natal daerah Indonesia.
Ibadah Natal menjadi sarat dengan makna keagungan hari Natal. Ibadah menjadi khusuk dan syahdu, terutama dalam saat teduh penyalaan lilin pengucapan syukur untuk kelahiran Yesus. Lagu “Malam Kudus” mengalir lembut membawa kembali kenangan malam kelahiran Yesus larut dalam nuansa khas Natal Indonesia.
Indonesian American Presbyterian Church (IAPC) adalah gereja yang bekerja sama dengan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB). Selama 20 tahun lebih pelayanannya di Maryland (Washington DC Area) AS. /fsp