JAKARTA, Arcus GPIB – Kita semua, baik individu maupun kelompok (jemaat/gereja), adalah pengabdi-pengabdi kebenaran yang hidup di era posttruth dan metaverse.
Demikian renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) Senin (15/8/2022) mengangkat tema “Menjadi Tiang Dan Dasar Kebenaran” mengurai teks Firman Tuhan 1 Timotius 3 : 14 – 16.
Apapun tugas dan posisi kita masing-masing di gereja dan masyarakat, kita terpanggil untuk setia memelihara jatidiri sebagai pengabdi dan pemberita kebenaran, melalui sikap dan gaya hidup sehari-hari. Yaitu sikap hidup yang meneladani Yesus, Tuhan, dalam melayani sesama manusia. Terutama melayani mereka yang terpinggir dan menderita karena ketidakadilan, diskriminasi dan kekerasan.
Surat 1 Timotius 3:14-16 mengingatkan jemaat tentang jatidirinya sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran di tengah kompleksitas kehidupan saat itu. Jemaat harus hidup sebagai keluarga Allah dengan bertekun dalam ajaran yang benar; berkomitmen pada keadilan, ketertiban dan ketentraman hidup jemaat dan masyarakat sehari-hari; serta menghormati para pemimpin yang melayani dengan benar. Dengan cara ini jemaat terus beribadah dan memberitakan Kristus, Anak Allah yang hidup, di tengah bangsa-bangsa.
Mengapa Injil Harus Diberitakan? Laman misi.sabda.org menyebutkan bahwa mewartakan Injil adalah Keinginan Allah agar semua selamat
Manusia sering hanya memerhatikan kebutuhan yang kelihatan, seperti sandang, pangan, papan, dan pekerjaan. Namun, Allah memandang kebutuhan manusia yang tidak kelihatan secara jasmani, tetapi jauh lebih penting, yakni keselamatan (kehidupan kekal). Tidak berarti Allah tidak peduli dengan kebutuhan jasmani. Ia juga sangat peduli akan kebutuhan ini. Di bawah ini beberapa alasan kuat mengapa Injil keselamatan harus diberitakan kepada semua orang di seluruh dunia.
Ketika manusia ditipu Iblis dan jatuh ke dalam dosa di Taman Eden, Allah sudah memunyai rencana memulihkan manusia dengan mengatakan: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau meremukkan tumitnya” (Kejadian 3:15). Merupakan inisiatif Allah untuk memulihkan hubungan antara Allah sendiri dan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa dengan cara mencari atau memanggilnya (Kejadian 3:9).
Meskipun begitu, Allah tetap memakai manusia yang dipanggil dan dipilih-Nya untuk memberitakan Injil keselamatan kepada orang lain. Contohnya adalah saat Roh Kudus mengutus gereja di Antiokhia agar mengirim Barnabas dan Saulus yang dikhususkan oleh Roh Kudus sendiri sebagai utusan Injil (Kisah Para Rasul 13:2).
Tuhan Yesus juga terharu melihat orang-orang hidup seperti domba-domba yang tanpa gembala, sehingga Ia meminta agar murid-murid-Nya meminta kepada Tuan yang empunya tuaian, agar dikirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Matius 9:38). Jelaslah bahwa Tuhan yang mempunyai tuaian dan berinisiatif dalam penuaian, tetapi Ia pun memakai kita — orang percaya, dan menaruh beban penginjilan itu di pundak kita. /fsp