JAKARTA, Arcus GPIB – Bagi yang masih merasa jauh dari Allah karena pergumulan dan beban hidup yang luar biasa, kegagalan demi kegagalan, di hari Natal ini datang kepadaNya.
Mengatakan itu, Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pendeta Drs. Paulus K. Rumambi M.Si dalam program Morning Call GPIB yang siarkan melalui youtube, Rabu 25/12/2024.
”Ayo, di hari Natal ini kita diingatkan, Allah datang menjumpai kita. Mari kita meresponnya dengan mendekatkan diri lagi lebih dekat kepada Allah dalam Kristus Yesus tentu dengan disiplin,” tutur Pendeta Rumambi mengurai Firman Tuhan dari Injil Lukas 2: 8 – 16.
Tuhan, kata Pendeta Rumambi, adalah sumber kekuatan satu-satunya yang membenarkan, memperbaharui dari hari ke hari.
“Dia sudah datang menempuh 999 langkah Dia menunggu satu Langkah dari saudara dan saya untuk datang kepadaNya untuk bersatu padu dengan Yesus Kristus Firman Allah yang hidup, supaya kita bisa diutus kembali kedalam dunia yang gelap menjadi menjadi anak-anak Terang.”
Mari menyambut kedatangan Tuhan dengan lebih mendekatkan diri kepadaNya dan benar-benar menyadari dan memberlakukan apa yang dilakukan Allah dalam peristiwa Natal Allah, menyangkal diriNya.
”Hari Natal adalah hari dimana Allah turun mendatangi kita. Tuhan mau turun di tengah dunia yang polusi dengan dosa. Bisa dibayangkan, Allah yang maha suci itu dia mau datang ke dalam dunia yang polusi dengan dosa Bersatu yang suci dengan yang kotor, itu Natal.”
Mengutip ahli filsafat Plato, Pendeta Rumambi mengatakan pernah berkata: Tidak mungkin yang suci menyatu dengan yang kotor. Tidak mungkin yang baik menyatu dengan yang jahat. Tetapi di Natal Bersatu, inilah yang harus disadari bersama tentang kedatangan Tuhan.
Tuhan datang kedalam dunia dengan cara menyangkal diriNya sebagai Tuhan Allah yang Maha Kuasa dtang tanpa kuasa. Tanpa kuasa apapun.
“Allah turun kedalam dunia mendatangi kita semua tidak seperti sosok Power Ranger atau Superman, tapi dia datang mendatangi kita dengan tanpa kuasa apapun, seorang bayi, bayi bisa apa?”
Allah menyangkal dirinya, mengosongkan dirinya, untuk datang menjumpai dirinya sebagai sebagai seorang hamba. Dia tidak mengambil sosok tokoh agama, tokoh politik, konglomerat atau tokoh intelektual tetapi Allah mendatangi kita dengan sosok seorang hamba.
”Kita diminta untuk menyangkal diri kita, bahwa kita bukan siapa-siapa, menyangkal diri untuk memikul salib lalu mengikut Yesus seumur hidup.” /fsp