JAKARTA, Arcus GPIB – Dari rumah di Bojonggede Bogor ke Kantor Majelis Sinode (MS) GPIB menggunakan kereta rel listrik (KRL), turun di Stasiun Gondangdia Jakarta.
Karena pengen sarapan saya mampir di kedai kaki lima Mpok Nineh beli Mie Goreng dan Tahu Goreng, bungkus untuk disantap sesampai di MS.
Saya pun membayar menu yang saya pesan dengan uang yang saya ambil dari dompet. Sementara disekitar saya, saya lihat saat bayar hanya memperlihatkan Hp kepada si penjual.
Kok pada ngasih lihat Hp yah saat ngambil pesanan? Jangan-jangan ngutang ne. Hahaaa…… teringat untuk masuk stasiun, naik kereta saya taping Hp di mesin pintu masuk. Apa iya…di kaki lima pakai sistem bayar barcode, QRIS atau QR code.
Ternyata betul juga di kaki lima Mpok Nineh sudah pakai sistem bayar QRIS atau QR code. “Keren, abizzz,” kataku dalam hati. Imbauan Pemerintah kepada UMKM dalam pemanfaatan digitalisasi benar-benar tersampaikan bahkan sampai di tataran kaki lima Mpok Nineh yang berjualan Pecel, Kwetiaw dan Mie Goreng.
Seorang pembeli menyatakan rasa senangnya berbelanja disitu. Selain mempercepat proses bayar karena tidak perlu menunggu kembalian, karena dengan QR code semua terselesaikan.
“Dari aspek kebersihan dan kesehatan juga bagus karena si penjual tidak lagi bersentuhan dengan uang kertas,” tutur salah seorang pembeli.
Digitalisasi saat ini benar-benar membumi. Siapapun dia akan bersahabat dengan sistem elektronik yang memudahkan bahkan memberikan keuntungan baik finansial maupun dalam hal kecepatan bertransaksi.
Dalam hati sembari berjalan menuju kantor MS, saya kembali bertanya dalam hati: Semoga digitalisasi yang selama ini sudah dibunyikan hingga ke Pos-pos Pelkes benar-benar tersampaikan dan dipakai.
Harapannya dari semua itu digitalisasi di jemaat Tuhan di GPIB bisa menghadirkan damai sejahtera Allah.
Frans S. Pong
Pelaksana Redaksi