JAKARTA, Arcus GPIB – Marilah mengejar hidup yang dibebaskan oleh Allah Sang Pembebas dengan tunduk pada kehendak-Nya saja. Melepaskan segala kemelekatan yang membuat lemah, takut, tak berdaya dan menjadi manusia seutuhnya.
Demikian ajakan Pendeta Jimmy Marcos Immanuel, S.Si-Teol, M.A, dalam renungannya di “Morning Call” GPIB Kamis 11 Januari 2024, Episode 2092 mengurai Firman Tuhan dari Keluaran 6 : 5 – 7.
Pendeta Pelum GPIB, Sekretaris Eksekutif Bidang Persekutuan dan Keutuhan Ciptaan PGI ini menyebutkan, hidup yang mengalami pembebasan itu adalah hidup yang penuh pengharapan, syukur dan semangat untuk semakin mengenal diri sendiri bahkan orang lain agar semakin leih baik dan memuliakan Tuhan dari waktu ke waktu.
Untuk merasakan kebebasan itu perlu terlebih dahulu memaknai pengalaman-pengalaman hidup yang telah dibebaskan, diberkati, dilindungi oleh Allah serta mengambil sikap atas pengalaman itu. Sikap tidak mudah dibelenggu atau dikuasai oleh rupa-rupa kedagingan dunia.
Perbudakan masa kini dapat berbentuk segala kemelekatan dan ketergantungan pada segala kuasa dunia, hidup mengandalkan kehebatan diri, hidup yang kecanduan akan nikmatnya harta, tahta dan kuasa.
Kemelekatan lainnya, kata Pendeta Jimmy, melekat pada gawai dan gadget kita, melekat pada pekerjaan hingga melupakan Tuhan dan sesama, melekat pada gaya hidup yang tidak bebas dari hedonisme atau foya-foya, melekat pada mimpi-mimpi untuk membesarkan diri dan menguasai orang lain.
Seseorang tidak akan menjadi manusia seutuhnya jika ia hidup dalam perbudakan dalam bayang-bayang ketakutan, jika ia masih dalam penindasan, ketergantungan, kehilangan pengharapan, belumlah ia menjadi manusia yang sepenuhnya hidup dalam damai sejahtera Allah adalah hidup yang terbebaskan dari hal-hal yang disebutkan tadi.
“Allah kita adalah Allah pembebas bukan pembelenggu dan menelantarkan kita dalam rupa-rupa perbudakan dan penindasan di dunia ini.”
Pengalaman pembebasan dalam perikop bacaan, menunjukkan bahwa Allah mengangkat martabat manusia sebagai ciptaan-Nya, martabat utuh sebagai gambaran dari Allah sendiri, Imagodei. Melalui Musa Allah berkarya membebaskan pikiran dan keimanannya.
Sebagai seorang Musa yang adalah seharusnya, seutuhnya milik Allah bukan milik penguasa dunia maupun penindas lainnya, dengan demikian Musa sepenuhnya dapat menjalankan pengutusannya untuk memimpin bangsa Israel bebas dari perbudakan Mesir.
Pengalaman bangsa Israel di Tanah Mesir sebagai budak bukanlah pengalaman ideal untuk hidup sebagai manusia yang seutuhnya. Sebagai budak ia adalah warga yang dinomorsekiankan ditengah negeri Firaun ini. Tentu ada banyak hal yang tidak membebaskan mereka untuk diakui dan dipenuhi hak-haknya. Karenanya Tuhan berkarya atas hidup mereka dengan pembebasan dari perbudakan itu.
Itu merupakan pengalaman yang sungguh besar bahkan dan diceritakan dan diimani turun temurun hingga saat ini oleh orang-orang Yahudi dan Kristen di dunia. Namun apalah artinya pengalaman itu jika umat percaya tetap tegar tengkuk, tidak lagi mengingat dan mensyukuri apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan mereka maupun pendahulu mereka.
Pengalaman itu hanya akan tinggal sebagai cerita-cerita yang asyik untuk dikenang jika kita memaknai dan mengambil sikap atasnya. /fsp