KEMBAYAN KALBAR, Arcus GPIB – Visitasi Pelkes GPIB tak pernah diam merawat pos-pos pelkes yang tersebar diberbagai tempat di Indonesia.
Di bulan Pelkes kali ini beberapa pos pelkes dijamah Departemen Pelkes GPIB untuk dipersiapkan menjadi dari bakal jemaat (Bajem) menjadi jemaat mandiri.
Majelis Sinode dalam hal ini Sekretaris I, Pdt. Roberto Junfry Mozes Wagey. M.Th pada ibadah pembukaan Bulan Pelkes di Bajem Ebenhaezer Kembayan Kalimantan Barat Minggu (5/6) mengajak warga jemaat untuk terus memberitakan Kabar Baik bagi sesama.
“Dalam pelayanannya Paulus tidak hanya pada satu titik pelayanan. Ia bergerak dari satu desa ke desa memberitakan Injil keselamatan Kristus,” kata Pdt. Roberto dalam khotbahnya.
Dikatakan, tugas sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil kapan dan dimanapun dalam profesi apapun yang dipercayakan Tuhan.
Pemberitaan Injil itu dapat juga diberitakan melalui seluruh eksistensi keberadaan lewat perbuatan dan perkataan melalui berbagai tugas dan tanggung jawab. Lakukan dengan sejujur-jujurnya dengan sebenar-benarnya.
“Ketika kita bersedia berbuat baik dengan orang lain, ketika kita memberi diri kita untuk menopang orang lain itupun merupakan berita Injil keselamatan yang kita beritakan. Mari terus beritakan Injil lewat hidupmu,” tutur Pdt. Roberto yang pernah menjabat KMJ GPIB Bahtera Kasih Makassar ini.
Dalam bincang-bincang dengan arcusgpib.com mengatakan kisah-kisah menarik yang terjadi bagaimana berkembangnya pos-pos pelkes yang ada di daerah Kalimantan Barat.
Salah satu kisah menarik itu adalah pos pelkes Tanap Kalimantan Barat yang disebut-sebut sebagai asal mula munculnya pos-pos pelkes di daerah Sanggau ini.
“Keberadaan pos-pos pelkes di daerah ini diawali dari pos pelkes Antiokia Tanap,” ungkap Pdt. Roberto yang cukup lama menjadi pendeta di wilayah Kalimantan Barat ini.
Menurutnya, hadirnya pos pelkes Antiokia Tanap hadir dari dari sebuah penglihatan dari suami Oma Alun seorang tentara, Polisi Militer yang bertugas Sanggau. Sang tentara mendapatkan penglihatan dengan munculnya Pelangi yang ujung Pelangi tersebut jatuh pada sebuah tempat.
Dari Penglihatan akan Pelangi itulah sang Komandan Polisi Militer membangun gereja dimana ujung Pelangi ini jatuh dan kini gereja disebut Pos Pelkes Antiokia Tanap.
“Dari sinilah pos-pos pelkes di Sanggau ini terus bertumbuh hingga mencapai 150-an pos pelkes di Sanggau,” ungkap Pdt. Roberto.
Ketua Departemen Pelkes GPIB Pdt. Sterra H.M. Gerrits, S.Si Teol mengatakan, upaya pengembangan pos-pos pelkes GPIB menuju kemandirian menekankan sinergi bersama untuk menopang kemandirian.
“Salah satu bentuk sinergi yang terjadi tampak pada komitmen pada 82 jemaat pendamping yang mendampingi pos pelkes dan bajem GPIB sampai pelembagaan bahkan pasca pelembagaan,” kata Pdt. Sterra.
Tidak hanya itu, katanya, keberadaan 247 jemaat GPIB yang lain beserta seluruh unit-unit misioner yang ada juga berjalan bersama dalam pengembangan pos pelkes. Hal ini sejalan dengan harapan tema tahunan dalam mengoptimalkan sinergitas di GPIB.
Pada tahun ini beberapa bakal jemaat yang bertumbuh dari pos pelkes GPIB akan dilembagakan menjadi jemaat mandiri. Dua diantaranya menjadi tempat visitasi pelkes yaitu Bajem Ebenhaezer Kembayan Kalimantan Barat dan Bajem Hosana Loa Ulung Kalimantan Timur.
Mengapa Kalimantan Barat dan Kelimantan Timur? Berdasarkan data pos pelkes per Maret 2022 Mupel Kalbar memiliki jumlah pos pelkes terbanyak yaitu 78 pos pelkes dan 7 bakal jemaat. Hal tersaebut yang melatar belakangi visitasi pelkes dilakukan di Kalimantan Barat.
Sementara di Kalimantan Timur menjadi sebuah upaya dan perhatian keterlibatan GPIB yang berkelanjutan terhadap wilayah dekat ibukota wilayah Nusantara. /fsp