Oleh: Dr. Wahyu Lay, GPIB Cipeucang Bogor
Fokus terhadap Tujuan “Jika Anda mengalihkan pandangan tujuan Anda, maka sebuah hambatan akan menjadi hal yang sangat menakutkan”. (Henry Ford) Tanpa adanya fokus, maka tujuan bisa berpindah-pindah sesuai mood.
Jika sudah tidak fokus, maka bisa ditebak bahwa Anda akan terombang-ambing dalam ketidakpastian yang mengakibatkan tujuan tidak tercapai. Misalkan, harga buah naga pada awal kemunculannya bisa mencapai Rp. 100 ribu, kemudian banyak orang beramai-ramai menanam buah naga dengan harapan akan meraup keuntungan berlipat karena harga yang mahal itu.
Pada saat Anda sedang menekuni tanaman cabai yang saat itu harganya Rp. 5 ribu per kilonya, lalu Anda ikut-ikutan menanam buah naga. Karena buah naga sedang digandrungi untuk ditanam, otomatis bibitnya pun mahal, namun Anda tetap membeli bibit tersebut tanpa berpikir panjang. Kemudian Anda membuat semua tanaman cabai di kebun Anda untuk ditanami buah naga. Apa yang terjadi?
Harga buah naga saat kebun Anda panen menjadi Rp. 10 ribu karena banyaknya pasokan buah naga dari berbagai daerah. Dan yang lebih menyakitkan hati Anda, ternyata harga cabai melonjak tajam menjadi Rp. 30 rb. Setelah dihitung-hitung oleh Anda, ternyata bertemu angka yang tidak sepadan antara biaya perawatan buah naga dengan harga penjualan, sehingga mengalami kerugian.
Kasus tersebut adalah contoh yang menggambarkan ketidakfokuskan membawa pada sebuah kerugian. Anda harus fokus dengan tujuan Anda dan jangan berhenti karena rayuan di tengah jalan. Orientasi untuk melayani “hal pertama untuk menjadi seorang pemimpin adalah dengan menjadi pelayan”. (John C. Maxwell) Seorang pemimpin pada dasarnya ada karena diangkat oleh yang dipimpin. Dengan kata lain, ada beban yang harus dipikul oleh seorang pemimpin dan harus dipertanggungjawabkan bersama.
Oleh karena itu, orientasi pemimpin adalah melayani atau pun menolong orang lain. Orientasi untuk melayani berhubungan dengan apa yang harus diberikan seorang pemimpin terhadap yang dipimpin dan juga tanggung jawab moral. Seorang pemimpin tidak hanya dinilai dari kemampuan intelektual saja, namun juga kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Jadi, pemimpin yang baik harus memiliki orientasi untuk melayani bukan dilayani. Berorientasi pada pengembangan “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. (pepatah) sesuatu itu butuh pengembangan guna menyesuaikan dengan perubahan. Hal itu juga berlaku dalam mengembangkan cara kerja dan keutuhan tim.
Jangan sampai seorang pemimpin hanya terpaku dengan kemampuan diri sendiri dan tim yang begitu-begitu saja. Jika hanya terpaku tentu akan tertinggal jauh dengan lawan. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan, mencari ide baru.
Dan eksperimen yang berguna untuk tim. Jangan lupa setelah itu diteruskan dengan mengimplementasikan pengembangan, ide, dan eksperimen yang dilakukan. Dengan selalu berorientasi dengan pengembangan, maka tidak akan khawatir lagi dengan lawan. ***