JAKARTA, Arcus GPIB – “Hidup ini berakhir kapan, bagaimana dan seperti apa?” sebuah kata pembuka menarik yang dipaparkan Pdt. Frans J. Wantah dalam akunnya di facebook belum lama berselang.
Dalam tulisan yang diberi judul “DAUN-2 BER-GUGUR2AN” Pendeta GPIB ini memulai dengan kisah: Ada seorang perempuan muda yang telah sekian lama menderita penyakit pneumonia, radang paru-paru. Hari demi hari dilewati dengan berbaring di tempat tidur.
Sesekali kedua matanya memandang ke arah jendela. Kepada beberapa kerabat dan sahabatnya, perempuan itu pernah mengatakan:
“AKU akan meninggalkan dunia ini bila daun terakhir dari pohon anggur yang tumbuh di luar jendela kamarku itu telah gugur”
Satu demi satu daun memang mulai berguguran. Perempuan itu pun mulai bersikap pasrah untuk menyambut datangnya saat kematiannya.
Namun tunggu punya tunggu, daun terakhir yang tergantung pada batang itu tidak kunjung gugur. Bahkan yang mengherankan, lambat laun kesehatan perempuan itu justru membaik. Sang ajal tidak jadi menjemputnya.
Pada suatu hari manakala kedua kakinya sudah bisa dibawa berjalan-jalan di luar kamarnya, perempuan itu akhirnya menemukan sebuah kebenaran perihal selembar daun anggur yang tidak kunjung gugur itu.
Ternyata daun itu hanyalah sebuah foto yang dibuat oleh seorang sahabat dan ditempelkan pada kaca jendela kamarnya.
PERENUNGAN
Kisah ini kita dapat belajar mengenai rencana Tuhan yang begitu indah kepada kita di mana kita tidak tahu bagaimana dan seperti apa akhir hidup ini.
Namun harus tertanam dalam pikiran yang positif bahwa rencana Tuhan itu rencana damai sejahtera dan bukan rencana kecelakaan, dan mungkin rencana itu di luar ekspektasi kita.
Hidup ini juga seperti alur cerita dalam sebuah film yang kita tidak tahu akan berakhir bagaimana dan seperti apa. Kita ini seperti tokoh karakter film dan Tuhanlah sutradaranya. Sebagai orang yang percaya akan Tuhan dan selalu mengandalkan-Nya di segala aspek kehidupan kita, dan senantiasa berdoa, berusaha, dan berserah.
Berserah, di mana banyak orang dari kita yang tidak sabar dan selalu bersungut-sungut atas segala problema yang kita hadapi, yang mana kita berharap pada Tuhan agar segera menjawabnya.
Tapi, yang sudah kita ketahui bahwa rencana Tuhan indah pada waktunya, intinya berpikir positif, berserah, dan selalu berpengharapan kepada Tuhan.
Seperti perempuan dalam kisah di atas tadi yang sudah berusaha sekuat tenaga menghadapi penyakit yang Ia hadapi. Namun, ia pasrah dan berserah kepada Tuhan biar Tuhan yang berencana dalam hidupnya.
‘Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” (Yesaya 55:8). /fsp