JAKARTA, Arcus GPIB – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak untuk terus memperkuat moderasi beragama dan menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk memuliakan harkat kemanusiaan, meneguhkan komitmen kebangsaan, toleran, dan anti kekerasan. Hormati keragaman budaya lokal dan segala bentuk perbedaan.
“Terus perkuat moderasi beragama dan sukseskan tahun toleransi. Jadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk memuliakan harkat kemanusiaan, meneguhkan komitmen kebangsaan, toleran, dan anti kekerasan. Hormati keragaman budaya lokal dan segala bentuk perbedaan,” ujar Wamenag membacakan amanat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, seperti dilansir laman Kemenag RI, Jumat (25/11/2022).
Pembacaan sambutan Menag tersebut disampaikan dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tahun 2022 dengan menggelar upacara di halaman kantor pusat, Jakarta. Bertindak selaku inspektur upacara, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi berpesan kepada para guru tentang pentingnya penguatan moderasi beragama.
Lebih lanjut Menag mengajak untuk menjauhi politisasi agama. Hindari perpecahan, terlebih dengan membawa-bawa ajaran agama. Hadirkan agama sebagai rahmat bagi semesta.
Menurutnya, Kementerian Agama berkomitmen untuk terus meningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru. Kementerian Agama antara lain tengah memperjuangkan adanya skema penambahan kuota Pendidikan Profesi Guru (PPG) melalui jalur pembiayaan LPDP.
“Alhamdulillah, tahun ini, ada penambahan signifikan, mencapai 11.200 kuota PPG Guru. Kami berkomtimen agar jumlah ini terus bertambah di tahun mendatang,” tuturnya.
Upaya peningkatan kompetensi, kata Wamenag, juga terus dilakukan dengan memberi beasiswa pendidikan, serta memberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi para guru. Kementerian Agama telah bermitra dengan Bank Dunia dalam peningkatan kompetensi ini, melalui program Madrasah Reform (MEQR), dan target totalnya menjangkau lebih 300.000 Guru dan Tenaga Kependidikan di seluruh Indonesia.
“Terkait peningkatan kesejahteraan, kami perjuangkan pemenuhan tunjangan profesi guru (TPG), pemberian insentif guru, pengangkatan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), penataan dan pendistribusian guru, serta program strategis lainnya. Tentunya, pemenuhan tersebut harus juga dibarengi dengan aspek kualitas guru,” pesannya.
Wamenag juga berpesan agar guru terus menjadi pribadi pembelajar. Sebab, mengajar pun bagian dari belajar. Saat guru mengajar, pada hakikatnya dia juga sedang belajar.
Di samping itu, guru juga didorong untuk terus berinovasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Dikatakan Wamenag, paradigma belajar dan mengajar harus dapat merespon tren kekinian. Sebab, proses transformasi digital terus berkembang, ada big data (maha data), artficial intelligence (kecerdasan buatan), metaverse, metahuman, robotic, dan lainnya yang hadir di ruang-ruang kelas siswa Generasi Z dan Alpha.
“Ini menjadi tantangan guru untuk dapat meresponnya,” tandasnya. /fsp/***