JAKARTA, Arcus GPIB – Teladan hidup keseharian adalah kesaksian paling bagus untuk mendidik anak-anak dan cucu. Apa yang dilakukan orangtua akan sangat mudah ditiru anak-anak dan cucu.
“Opa Oma harus dekat kepada Tuhan, tulus selalu kepada Tuhan, serahkan hidup Opa dan Oma kepada Tuhan, maka anak cucu Opa dan Oma melihat apa yang ditabur orangtua,” kata Pdt. J. Leihitu Hattu, saat menyampaikan khotbahnya dalam ibadah PKLU di GPIB Anugerah Bekasi, yang disiarkan via youtube Sabtu 26 Februari 2022.
Dari semua yang baik yang dilakukan Opa Oma akan menghasikan kebaikan-kebaikan bagi anak-anak dan cucu. “Apa yang ditabur Opa dan Oma tidak akan jatuh di tanah yang berbatu tapi di tanah yang subur,” kata Pdt. J. Leihitu Hattu berkisah dari Firman Tuhan Yosua 24: 14-18.
Apa yang diperbuat Opa dan Oma tentunya membawa manfaat bagi anak cucu. Itu berarti kelak anak cucu Opa dan Oma akan menjadi anak cucu yang tetap takut akan Tuhan, setia beribadah, tulus, hidup kudus dihadapan Tuhan.
“Ketika Opa dan Oma melatih anak-anak untuk berjalan sampai mereka bisa berjalan, itu sebuah tanggung jawab dari Opa dan Oma sebagai orang tua. Membesarkan mereka mendidik mereka, mengajarkan mereka karena semua Allah yang memberikan tuntunan,” tutur Pdt. J. Leihitu Hattu.
Ia mencontohkan bagaimana Allah yang menjadi penuntun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir masuk ke Kanaan harus melalui sebuah proses perjalanan, jatuh bangun dengan berbagai tantangan. “Dan dalam tuntunan Allah yang biasa itu tidak sedikit tantangan dan hambatan yang mereka alami,” kata Pdt. J. Leihitu Hattu. Opa dan Oma, katanya, mempunyai anak-anak dan Opa dan oma harus senang mengajarkan hal-hal yang baik bagi mereka.
Pdt. Widyati Simangunsong-Sudarisman dalam ibadah PKLU Rabu 23 Februari 2022 mengajak Kaum Lansia untuk selalu tetap semangat mengarungi kehidupan dengan segala tantangan dihadapi dan jangan tawar hati.
“Tawar hati akan membuat seseorang manjadi lemah, kehilangan semangat dan menjadi putus asa. Bangsa Israel ketika kalah dalam peperangan mereka menjadi tawar hati,” kata Ketua Mejelis Jemaat (KMJ) GPIB Paulus Jakarta ini.
Menurutnya, sarat untuk menang menghadapi berbagai persoalan dan tantangan adalah taat kepada Tuhan. “Kadang-kadang dalam hidup ini, kalau melihat persoalan-persoalan dan pergumulan-pergumulan yang dihadapi, orang kristen pun bisa juga menjadi tawar hati,” tutur Pdt. Widyati Simangunsong.
Tawar hati, katanya, kalau dibiarkan akan menjadikan patah semangat, putus asa, kecewa. Tawar hati juga kalau dibiarkan bisa menjadi meragukan Tuhan, kalau dibiarkan bisa meninggalkan Tuhan lalu menjadi tidak percaya kepada Tuhan dan sebagainya.
“Melalui Firman tuhan kita diingat supaya kita tidak boleh menjadi orang yang tawar hati. Kita tidak boleh menjadi orang yang takut dengan kehidupan ini. Justru kalau kita dikuasai oleh ketakutan, itu sama dengan kita meragukan akan kuasa Tuhan,” tandas Pdt. Widyati mengurai Firman Tuhan dari Yosua 8: 1-13. /fsp