JAKARTA, Arcus – Hukum kasihNya memerdekakan kita dari penghakiman dan penghukuman. Kita yang bersalah dan penuh dosa, Yesus yang dihukum tersalib ganti kita. KasihNya memerdekakan. Kita menerima kasihNya untuk mengasihi sesama dan semakin mengasihi Dia.
Mengapa kasihNya mau memerdekakan kita? Renungan malam Sabda Bina Umat (SBU) Rabu 16/2/2022 menyebutkan, kenyataannya tidak seorangpun yang dapat melaksanakan sepenuhnya hukum taurat. Allah menghadirkan Putera-Nya dengan membawa hukum yang memerdekakan. Allah yang penuh belas kasihan dinyatakan sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus.
Situs bethelic.com menyebutkan, tujuan Allah memerdekakan agar manusia dapat beribadah kepada Allah. Bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan Mesir supaya dapat beribadah kepada Allah (Keluaran 4:23) dan menjadi umat pilihanNya.
Tujuan utama hidup orang percaya adalah kembali kepada kehidupan yang menyembah Tuhan dalam suatu hubungan kasih (seperti awal penciptaan). Keselamatan bukanlah tujuan akhir orang percaya, melainkan orang percaya diselamatkan untuk beribadah kepada Tuhan Allah.
Ibadah adalah respon orang percaya dalam mempersembahkan seluruh keberadaan dirinya (roh, jiwa dan tubuh) kepada Allah yang memiliki seluruh hidupnya. Allah itu roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:22).
Allah memerdekakan, agar manusia dapat hidup secara maksimal. Menjadi saksiNya di dunia ini. Menjadi saksi dan hidup berbuah. “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Fil. 1:22a).
Bagaimana bisa berbuah ? Melalui persekutuan intim dengan Tuhan hidup orang percaya berakar di dalam KasihNya. Selanjutnya melalui pengajaran Firman yang benar orang percaya terus menerus bertumbuh.
Kemerdekaan sejati adalah ketika kita memilih untuk menjadi hamba Kristus. Yesus Kristus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Jika kita tetap di dalam firman-Nya, kita adalah murid sejati yang akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan (Yoh. 8:31-32). /fsp