JAKARTA, Arcus GPIB – Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) GPIB akan mengadakan Temu Syukur 60th PKP GPIB, pada Sabtu – Selasa, 15 – 18 Februari 2025 di The Rich Jogja Hotel, Yogyakarta.
Adapun tujuan Temu Syukur 60th PKP GPIB, yaitu sebagai berikut:
- Menghadirkan momentum perjumpaan dan kebersamaan demi terwujudnya suasana persekutuan yang konstruktif, inovatif dan transformatif.
- Mewujudnyatakan komitmen dan partisipasi aktif terhadap kerjasama lintas iman di tengah upaya penanganan kekerasan terhadap kaum perempuan dan kerusakan lingkungan hidup.
- Menampilkan potret perempuan beriman yang senantiasa bersyukur melintasi era digital dan menyintasi batas-batas generasi di tengah hidup berkeluarga, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.
- Mensyukuri 60th pemeliharaan dan penyertaan Tuhan dalam pelayanan PKP GPIB, dan mewujudkan kebersamaan antar PKP se-GPIB.

Suasana usai perkenalan Panitia Pelaksana Temu Syukur 60th PKP GPIB pada tgl 9 Juni 2024 di GPIB Cupuwatu.
Pendaftaran Peserta ditutup pada hari Minggu, 30 November 2024. Peserta wajib mengisi Formulir dengan lengkap dan dikirim ke Panitia Pelaksana Temu Syukur 60th PKP GPIB melalui google form: https://forms.gle/YsniBru1QVmW4adF8
Peserta Temu Syukur antara lain Utusan Jemaat: Minimal 2 orang (pengurus/anggota PKP), Utusan Mupel : KP3 dan Peserta Pesparawi. Biaya kontribusi sebesar Rp. 2.050.000,- (dua juta lima puluh ribu rupiah) per orang. Ditransfer ke rekening Panitia: Bank Mandiri No Rekening: 137-00-2374558-7 a.n. Diane Malicdem Dela Pena dan Ria Ratna Sari.
Majelis Sinode dalam Edarannya tertanggal 18 Sept 2024 yang ditandatangani Ketua III Pendeta Maureen S. Rumeser-Thomas, M.Th. dan Sekretaris II Penatua Ivan Gelium Lantu, S.H., M.Kn menyebutkan, agenda Temu Syukur tersebut antara lain paparan materi Eko-sarasehan Lintas Iman, mengikuti dan menyaksikan lomba Pesparawi PKP GPIB, mengikuti Jelajah Jogja dan mengikuti Malam Kebersamaan di Obelix Village.
Lanjut disampaikan, dalam spiritualitas ada dua kata penting yang relevan bagi pertumbuhan iman jemaat. Pertama, pengalaman. Kata ini hendak menunjukkan bahwa umat Allah harus memiliki pengalaman akrab dan mendalam dengan Allah, personal deep experience with God
Dari semua itu, umat hidup dalam kesadaran iman yang empiris dan autentik. Umat mengetahui, mengenali dan memahami Tuhan bukan semata-mata menurut kata orang lain, tapi benar-benar karena pengalaman intimnya dengan Tuhan.
Kedua, relasi. Kata ini mengandung pesan bahwa pola pendekatan yang cenderung bersifat legalistik-formal harus berganti menjadi pola kebersamaan yang partisipatif-relasional, communal good relationship with God’people.
Komunikasi dan koordinasi dalam berorganisasi itu penting, tapi keduanya harus terjalin dalam relasi yang saling menghargai, mencerdaskan dan memberdayakan. Relasi seperti itu merupakan buah dari pengalaman hidup akrab bersama Allah; dan juga memberi kesempatan bagi kehidupan yang lebih luas mengalami anugerah cinta Tuhan. /fsp