SURABAYA, Arcus GPIB – Gereja diminta aktif bagaimana mempersiapkan pemimpin-pemimpin Kristen di ranah perpolitikan dan untuk memulainya sebaiknya dimulai dari kalangan pendeta-pendeta.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Kajian Pembentukan W. J. Rumambi Institute di GPIB Maranatha Surabaya Sabtu 13/5/2023.
Artinya, sangat diharapkan dengan hadirnya nanti Rumambi Institute, lembaga ini bisa mempersiapkan hamba-hamba Tuhan untuk bisa aktif diranah politik dengan etika politik seperti yang dilakukan W. J. Rumambi di zamannya.
Menjawab hal itu Benni E. Matindas, Sejarawan mengatakan, etika politik dari seorang W. J. Rumambi adalah contoh baik.
“Rumambi sudah mencerminkan Tuhan yang hidup,” kata Benni berharap Pendirian Rumambi Institute menjawab bagaimana pergumulan perpolitikan kekristenan.
Menurutnya, saat ini pendeta-pendeta menjauh dari perpolitikan bahkan ada juga pendeta yang menjual diri kepada penguasa.
“Ada juga pendeta yang mejual diri kepada penguasa,” ungkap Benni mengurai materinya “Otentisitas Sikap Politik dan Pemikiran Ideologi Seorang Pendeta di Sentra Pergulatan Politik Era Demokrasi Liberal, Orde Lama dan Orde Baru”.
Dikatakan, W. J. Rumambi memiliki pemikiran tentik mengenai Ideologi Pancasila. Rumambi sangat katam dengan Pancasila karena mendalaminya. Mengajar Pancasila di AKABRI di Akademi Militer Nasional.
KENAPA Rumambi bisa bersikap otentik? Menurut Benni, karena sikap negarawan Rumambi, Bung Karno sampai menangis membujuk Rumambi yang juga adalah seorang pendeta agar mau menjadi Menteri. Sebagaimana diketahui Rumambi menjabat Menteri Penerangan di zaman Bung Karno.
“Rumambi peduli pada etika politik,” kata Benni menyebut soal Fading Out Peran Politik Formal Sang Pendeta.
Benni menyebutkan, konsolidasi politik militeristik Orde Baru yang berwajah Pemberangunan demokrasi dan sejumlah hak-hak azasi sipil, tetapi dengan tujuan mulia mewujudkan secara nyata pemenuhanan kebutuhan ekonomi berjuta-juta penduduk melarat.
Maka seorang seperti Pendeta W. J. Rumambi tentu saja tidak melihat medan berkarya lain yang paling baik selain terjun dalam penggembalaan umat Kristen.
Tidak ada medan lain yang lebih baik dan lebih tidak lagi Kementerian Penerangan karena pengebirian sementara demokrasi itu mesti berwujud pula rezimentasi pers, monolitisasi opini publik, dan sebagainya, pokonya bertentangan dengan hati nuraninya. Jabatan Menteri Penerangan hanya dipegangnya 4 bulan.
Dalam kesempatan diskusi di forum kajian tersebut juga diusulkan bagaimana W. J. Rumambi diangkat sebagai Pahlawan Nasional. /fsp