Dalam orkestrasi-Nya, Allah telah menyenandungkan nyanyian keharmonisan semesta yang menggemakan kesetaraan manusia dengan sesama dan alam. Kiranya nyanyian dan mazmur dinaikkan sebagai perempuan yang bersyukur.
“Perempuan yang bersyukur” itulah tema yang diambil dalam Temu Syukur 60 tahun Pelkat PKP GPIB. Sebagai perempuan yang bersyukur, Dewan Pelkat PKP GPIB dan Panitia Penyelenggara mengadakan Perlombaan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) sebagai sebuah moment tiap perempuan memadukan karya lewat suara yang memuliakan Tuhan.
Pesparawi tidak hanya dilihat sebagai sebuah ajang perlombaan bergengsi, tetapi juga wadah menciptakan kebersamaan, kekompakan dan harmoni suara yang tentu hal itu memberdayakan sumber daya insani GPIB.

Saat-saat ibadah Perjamuan Kudus dilakukan menggunakan kue cucur dan susu.

Artistik, penataan panggung background ungu dan ornamen wayang Jawa klasik di Pesparawi PKP GPIB
Sebelum kegiatan Pesparawi pada hari Minggu, 16 Februari 2025, dilaksanakan Ibadah Hari Minggu sekaligus Perjamuan Kudus dengan Tata Ibadah yang tematis sejak dari hari pertama dalam Ibadah Pembukaan.
Perjamuan Kudus dilaksanakan dengan menggunakan panganan dan minuman tradisional. Dalam konteks perlawanan terhadap sejarah kekerasan perempuuan, maka Perjamuan Kudus dalam temu syukur HUT PKP menggunakan cucur dan susu. Cucur adalah panganan tradisional Indonesia yang digunakan oleh perempuan korban kekerasan pelanggaran HAM di NTT, dan Susu adalah symbol yang digunakan perempuan dalam solidaritas global untuk melwan kekerasan terhadap perempuan dan femisida karena menunjukkan aliran kasih sayang dan asuhan perempuan dalam tubuh kita melalui Air Susu Ibu (ASI) sumber kehidupan.

Anggota PKP, kompak dalam kebersamaan menata layan di HUT PKP 60 Jogja.
Melalui Ibadah Hari Minggu, peserta Pesparawi dikuatkan untuk mengikuti perlombaan tersebut, kiranya semua dapat mempersembahkan yang terbaik, sehingga hasil ahir tidak mengubah hati perempuan yang bersyukur.
Pesparawi diikuti oleh 18 peserta sebagai utusan mupel, dalam hal ini: Mupel Babel, Kepri, Jakarta Timur, Bekasi, Jawa Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bali-NTB, Jabar 1, Jabar 2, Sulselbara, Kaltim 1a, Kaltim 1b, Kaltim 1c, Kaltim 2, Banten, dan Sumut Aceh. Setiap peserta diberikan kesempatan menampilkan 2 lagu. Pertama, lagu wajib pesparawi yang menjadi lagu HUT 60 tahun Pelkat PKP yang diciptakan khusus oleh Bapak Arnoldus Apituley, dengan judul “Anggun, Bersahaja, Pembawa Damai”. Kedua, adalah lagu pilihan yang dipilih oleh peserta Pesparawi.
Pesparawi berjalan dengan penuh semarak dan sukacita, ditonton oleh banyak orang baik yang hadir di Yogyakarta maupun secara livestreaming yotube GPIB Indonesia. Pesparawi semakin bergengsi karena dinilai oleh juri-juri professional, antara lain: Ibu Diani Rinanti Sitompul, Bapak Lukas Gunawan Arga, dan Bapak Yulius Istarto.
Sebagaimana sebuah ajang perlombaan, tentu ada nominasi yang menang dan kalah. Maka diakhir perlombaan pesparawi, Jabar 1 menjadi pemenang yang membawa pulang hadiah, tropi dan piala bergiliri yang tetap ada pada Mupel Jabar 1. Sementara untuk juara 2 adalah Bekasi, juara 3 adalah Jawa Timur, juara 4 adalah Jakarta Selatan, juara 5 adalah Kaltim 2, juara 6 adalah Jakarta Pusat.
Dalam orkestrasi-Nya, Allah telah menyenandungkan nyanyian keharmonisan semesta yang menggemakan kesetaraan manusia dengan sesama dan alam. Kiranya nyanyian dan mazmur dinaikkan sebagai perempuan yang bersyukur. /ell