JAKARTA, Arcus GPIB – Apakah kita sudah menjadikan Firman sebagai saudara, sanak saudara yang kita cintai? Sudahkah kita menjadi akrab dengan Firman setiap hari? Ataukah kita menganggap sebagai sesuatu yang biasa saja dan mengabaikannya?
Demikian pertanyaan Pendeta Sealtiel Izaac dalam renungan paginya mengurai Firman Tuhan dari Amsal 7: 4 – 5 penekanan pada ayat 4 NAS: “Katakanlah kepada hikmat: “Engkaulah saudaraku” dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu”.
“Cintailah Firman Tuhan. Sebab sebagai saudara dan sanak saudara, Firman tidak akan menyusahkan dan menyesatkan hidup kita, dan membiarkan kita jatuh. Orang yang “kesukaannya” (cinta) Firman, seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, hidup dan berbuah. “Apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mzm 1:2-3).”
Nasihat Amsal melalui Firman Tuhan hari ini : Berpeganglah pada firman Tuhan. Akrablah dengan Firman-Nya. Cintailah Firman. Karena ditengah berbagai godaan hanya firman yang dapat menguatkan dan menyelamatkan hidup kita dari berbagai kegagalan. Menjadikan Firman sebagai saudara dan sebagai sanak saudara merupakan suatu keniscayaan.
“Dikatakan dalam bacaan kita, supaya “berpegang” pada hikmat dan pengertian. Salomo dalam Amsalnya ini, menggunakan metafora, “hikmat sebagai saudara”, dan “pengertian sebagai “sanak saudara”. Saudara “perempuan” dan “sanak saudara”, pasti dekat dengan kita, menyayangi, mencintai kita. Saudara dan sanak saudara, tidak akan membiarkan engkau jatuh dalam godaan (“perempuan pelacur”). Saudara dan sanak saudara pasti mengutamakan kebaikan kita (ay.4-5).”
Kitab Amsal merupakan kumpulan kata-kata hikmat atau bijak, yang dijadikan prinsip hidup untuk mencapai hidup sejahtera dan bahagia. Amsal berintikan Firman Tuhan. “Hikmat” dan “pengertian” (disini), bersumber dari firman Allah. “Takut akan Tuhan permulaan pengetahuan” (“hikmat”) (Amsal 1:7). /fsp