Oleh: John Paulus, GPIB Pondok Ungu Bekasi
USIA 75 tahun GPIB, kalau untuk manusia merupakan usia yang penuh hikmat. Kalau untuk gereja perlunya memikirkan regenerasi dan kelanjutan visi dan misi gereja bagi generasi muda.
Bagi Pendeta Nicodemus Boenga, gereja sebagai organisasi, ini usia dimana gereja sudah lebih banyak berbuat, sehingga tidak terus-menerus dituduh hanya selfish (Egois) melayani.
Ibaratnya kalau petani saat mempersiapkan peralatannya dia mengasah, memperbaiki yang rusak, mencangkul ladang itu sudah selesai, saat menabur itu juga sudah selesai dan saat ini sekarang sebenarnya saat dimana dunia menuntut, menanti buah daripada kerja gereja GPIB, itu apa saja!
Kalau dikatakan GPIB exclusive, kata Pendeta Nicodemus, secara to the point mungkin tidak bisa disebutkan begitu, tapi setidaknya ada tahapan pembangunan dan seperti manusia umumnya kalau lagi lapar nggak bisa mikir keluar dan kalau kita lagi sakit ngak bisa efektif melayani lebih banyak.
“Memang lebih banyak waktu-waktu mengurus diri tetapi tidak boleh terus-menerus begitu nanti kita kehilangan manfaat, keburu tawar itu garam,” tutur KMJ GPIB Bahtera kasih Bekasi ini.
Menurutnya, menginjak Usia 75 tahun GPIB secara berturut-turut fokus GERMASA, kenapa itu! Ya merupakan ujung tombak dari pelayanan itu sesuatu yang menyentuh masyarakat luas, kalau ibadah orang sudah punyah akidah masing-masing.
Kegiatan-kegiatan yang bersinergi dengan YADIA, YANKES, wujud dari gereja itu kalau tak nampak gereja itu kabur. Melalui semboyan ‘Berbinar Kasih‘ sebaiknya kita tidak menjadikan itu hanya motto/tema atau hanya semboyan semalam tapi sebaiknya itu menjadi wujud kesadaran baru oleh gereja GPIB bahwa saatnya sekarang kita harus tunjukkan.
Kalau ditanyakan sampai kapan berbinar kasih, sampai dipanggil Tuhan. Nggak penting dibunyinya yang penting tindakan, mungkin besok sudah berubah bunyinya tapi berbinar kasih dalam tindakan itu harus dilakukan, karena gereja itu berhenti menjadi gereja kalau nggak ada buahnya.
“Harapan saya saatnya gereja mengurangi kegiatan-kegiatan yang sifatnya rutin dan internal tidak terusmenerus orientasi pada hal-hal dasar melainkan saatnya sekarang bagaimana bergabung dalam suatu komunitas melakukan aksi-aksi nyata dan apa manfaat kehadiranku, itu sekarang! Contohnya, kita tersinggung dengan kata-kata orang yang salah langsung mundur, masalah konsumsi, masalah rapat panitia berputar-putar aja distu, habis energi dan pendeta tugasnya mendamaikan orang yang berkelahi,” kata Nicodemus.
Disisi lain kata dia, Teologi itu panglima artinya iman, harap akan Tuhan dan penuntun langkah tetapi wujud yang nyata dari teologi itu adalah tindakan-tindakan yang mengasihi orang lain, jadi bisa dikatakan GERMASA, YADIA, YAPENDIK dll adalah programnya dari teologi.
Mari kembali kepada makna pengutusan bagi gereja, Dia hadir untuk memberitakan kabar baik, Dia hadir untuk jadi garam dan terang, jangan kehilangan fokus, jangan mengerjakan hal-hal yang sebenarnya orang lain bisa kerjakan, jangan berebutan pengaruh atau berebut nama dengan kelompok-kelompok lain, gereja focus untuk melakukan apa yang orang lain tidak bisa lakukan atau tak sanggup atau belum terpikirkan dan menjawab yang belum terjawab.
Pdt. Alexius Letlora KMJ GPIB Maranatha Surabaya.
‘GPIB butuh Orang Lain untuk Berkarya‘ Usia 75 tahun GPIB menunjukkan kesetiaan Tuhan tidak berubah dalam banyak peristiwa dan berbagai situasi, jadi itu yang membuat GPIB mensyukuri kebaikan Tuhan.
Kalau berbicara mengenai kasih, kasih itu selalu membutuhkan pihak lain, kasih tidak pernah independent dan ketika GPIB berbinar kasih artinya menjadi berkat bagi orang lain dimanapun GPIB berada dan dia butuh orang lain untuk berkarya.
Biarlah GPIB semakin seperti padi yang berisi dan semakin merunduk serta bermanfaat bagi banyak orang dan juga lingkungan, kata KMJ GPIB Jemaat ‘Maranatha‘ Surabaya.
Pdt. Melkianus Nguru, KMJ GPIB Gibion Jaksel
‘Bahtera ini penuh dengan Kasih‘ GPIB – 75 tahun saatnya dia berbinar kasih, menyatakan kasih bahwa kita telah melewati berbagai gelombang yang besar, bahtera ini terus berlayar.
Jangan lupa bahtera ini penuh dengan kasih sehingga ketika gelombang dating menerpapun para penumpangnya pun tetap bergandengan tangan, kenapa! karena pelabuhan tujuan masih jauh disana, dalam perjalanan inilah kasih yang kita butuhkan dari waktu ke waktu kepada setiap orang.
75 tahun kita bilang GPIB belum apa – apa, tidak apa-apa, tetapi disinilah Dia mau meletakkan 75 tahun apa yang kita lihat, mulai dengan deklarasi gereja ramah anak, gereja ramah lingkungan di Padang artinya kasih itu bukan hanya untuk manusia tetapi ciptaan Allah yang utuh tanpa mengenal dia dari mana karena GPIB menghadirkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaannya.
Nantinya diusia 80 tahun GPIB akan implentasi kehadirannya di tengah masyarakat dan alam ini, sehingga momentum 75 tahun ketika kita mendeklarasikan berbagai kegiatan yang menunjukkan kehadiran GPIB menghadirkan damai sejahtera semakin dirasakan oleh semua orang , oleh semua kelompok dan semua lapisan masyarakat.
Apakah selama ini belum dirasakan! Jujur kita katakan bahwa kadang-kadang kita takut kesana keluar/ekklesia.
Ada banyak faktor dari sisi internal kita kita terlalu sibuk berbenah diri sendiri, lupa disana, kita terlalu egois, GPIB jangan tidur, saatnya kita mewujudkan sebgai ekklesia, dipanggil keluar dan nyatakan kasih dan kebenaran, kata KMJ GPIB Jemaat ‘GIBEON‘ Jakarta.
Pdt. Sterra H.M. Gerrits, KMJ GPIB Bethesda Jakpus
HUT- 75 GPIB ‘ Tidak sekedar Seremoni Hura-Hura ‘Kembali ke temanya‘ Berbinar Kasih ‘ dan dengan posisi pelaksanaan perayaan di tengah ibukota, harapannya kasih itu sungguh-sungguh kelihatan sama seperti menjadi garam dan terang.
Terang itu tak mungkin diletakkan di tempat yang tersembunyi tetapi harus menyinari banyak tempat dan biarlah ini tidak hanya sekedar menjadi seremoni hura-hura saja tetapi rasa syukurnya tetap ada tetap nampak dan ini bisa menjadi sebuah sejarah yang indah nantinya, mudah-mudahan GPIB diusia–usia kedepan kita pernah punya tema berbinar kasih dan ini momentnya benar-benar memperlihatkan kasih yang berbinar.
Lima tahun kedepan harusnya pelayanannya sudah semakin kelihatan, secara bentuk semakin tampak, Pos-Pos Pelkesnya sudah semakin terlihat dikenal, bahkan dicintai oleh seluruh warga jemaat GPIB dan bentuk pelayanannya jadi semakin lebih keluar, semakin menyentuh banyak masyarakat.
Semoga Pelkes kedepan jadi semakin kelihatan apa yang sudah kita berikan kepada orang – orang yang ada disekeliling kita dan juga ketika kita memberi kepada orang sekeliling ternyata yang didalam kita bertumbuh pelayananya. ***