JAKARTA, Arcus GPIB – Mari perbaiki perilaku hidup sehari-hari supaya ibadah ritual kita tidak ditentang Allah. Demikian renungan malam Sabda Bina Umat (SBU) Rabu 15 Juni 2022 mengurai teks Firman Tuhan dari Amos 8: 1-3.
Israel bisa memuji Tuhan namun bersamaan dengan itu, mereka tega memeras saudaranya. Kebenaran dan kejahatan menjadi tumpang tindih sehingga sulit dibedakan. Persembahan pada Tuhan menjadi persembahan yang hampa makna karena didapat dari cara yang jahat.
Lebih parahnya lagi, Israel merasa bahwa apa yang dilakukannya disukai dan disetujui oleh Tuhan sehingga mereka terus melakukannya, yaitu memeras saudaranya sambil menyembah Tuhannya.
Di tempat kudus seperti Betel, umat Israel beribadah dengan sangat meriah. Puji-pujian tentang segala perbuatan baik Tuhan dinyanyikan dengan sangat indah. Namun sayangnya, di sekitar tempat itu juga terjadi kecurangan, kejahatan, dan segala perbuatan tercela.
Barangkali kita sinis terhadap perilaku Israel di atas. Kita mungkin menuding Israel sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih. Namun, jika kita secara tenang merefleksikannya pada diri kita, jangan-jangan kita juga melakukan hal sama.
Catatan arcusgpib.com banyak kali kita melakukan ibadah-ibadah tapi tidak disertai dengan dengan perilaku yang benar. Inilah yang disebut munafik, Allah sangat membenci orang-orang munafik. Situs airhidupblog.blogspot.com menyebutkan, orang Farisi dan Saduki merupakan orang-orang yang mengerti betul tentang hukum Taurat, tetapi mereka sendiri tidak melakukan Taurat itu (baca Matius 23:3).
Tuhan Yesus menggambarkan bahwa keadaan mereka “…sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” (Matius 23:27). Karena itu Tuhan menyebut mereka sebagai orang-orang yang munafik dan Tuhan sangat benci akan hal itu.
Arti kata munafik adalah: berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua.
Sampai hari ini ada banyak orang Kristen yang hidup dalam kemunafikan. Sewaktu di gereja terlihat begitu rohani, tampak beribadah dan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, begitu melangkah keluar dari pintu pagar gereja semuanya langsung berubah, kembali kepada kehidupan lama dan mengasihi dunia. Tidak sedikit pula suami-suami atau isteri-isteri menjalani kehidupan rumah tangganya dengan kemunafikan, tidak mengasihi pasangannya dengan sepenuh hati. Akibatnya rumah tangga menjadi hancur berantakan!
Kemunafikan membuat orang tidak dapat melihat kesalahan sendiri, tapi cenderung mudah menghakimi orang lain. “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3).
Kemunafikan menghalangi kita untuk menerima jawaban doa. “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” (Matius 6:5).
Kemunafikan menghambat pertumbuhan rohani kita, “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,” (1 Petrus 2:1-2). /fsp