TANGERANG, Arcus GPIB – Ketua I Mejelis Sinode GPIB Pdt. Marthen Leiwakabessy, S.Th meminta warga gereja untuk bersungguh-sungguh mengikut Yesus dan tidak hanya sekadar menampilkan keindahan luar tapi perlu memperhatikan dalamnya.
“Salah betul kalau hanya menjaga penampilan lahiriah tetapi mengabaikan penampilan rohani. Inilah yang dikritik Yesus kepada ahli Taurat, Farisi dan Saduki,” ungkap Pdt. Marthen dalam ibadah minggu dan syukur 27 tahun GPIB Yudea Tangerang, Minggu 13/3.
Gereja bukan Menara Gading. Salah satu hal penting dalam dunia marketing adalah kemasan. Banyak orang memperhatikan produk kemasan dari pada isi dalamnya. Banyak orang senang tampilan luar daripada kualitas didalam.
“Ini tidak salah kalau untuk produk barang, tapi kalau untuk orang, tunggu dulu,” kata Pdt. Marthen di gereja dengan Ketua Majelis Jemaat (KMJ) Pdt. Agustian Mangatas Manalu, M.Si ini.
Orang yang mengikut Yesus tidak semua mempunyai motivasi yang sama. Ada yang mengikut Yesus untuk melihat karya Allah dan percaya terhadap apa yang Yesus katakan. Ada yang mengikut Yesus karena kagum. Dan ada yang mengikut Yesus tapi mencari-cari kesalahan.
“Yesus, mengoreksi cara beragama, cara beribadah para ahli Taurat, Farisi dan Saduki,” tutur Pdt. Marthen sembari mangajak warga jemaat untuk sungguh-sungguh mengamalkan kekristenan dalam hidup ini.
Tuhan, katanya, tidak pernah mempertentangkan antara adat dan iman. Tapi menjelaskan bahwa dalam hidup tidak ada yang utama dan terutama selain Perintah Tuhan.
Usia GPIB Yudea 27 tahun, menurutnya, harus disyukuri bahwa semua itu bisa dicapai bukan karena kehebatan Ketua Majelis Jemaat (KMJ), usia 27 tahun juga bukan karena kehebatan Majelis dan PHM dan unit-unti misioner, tapi karena campur tangan Tuhan sekaligus sebagai moment untuk membaharui hati.
“Hati adalah pusat segala kepribadian manusia. Hati yang menentukan seluruh tindakan dan perkataan kita,” tandas pendeta yang cukup dikenal dalam kegiatan Pelkes ini.
Ia juga mengajak warga jemaat untuk tetap memuliakan Tuhan dan menjaga perkataan yang keluar dari mulut. “Jika dalam ibadah mulut kita memuliakan Tuhan, maka mulut yang sama juga dipakai memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari,” katanya menyebutkan bahwa mulut bukan untuk memaki orang, bukan untuk menyumpahi orang dan menggosip sesuatu yang tidak benar.
Dikatakan, teguran Yesus kepada ahli Taurat, Farisi dan Saduki juga berlaku bagi persekutuan gereja yang diluar tampil indah. Sering kali gereja kemasannya terlihat cantik, tapi di dalamnya bobrok. Untuk itu, harap Pdt. Marthen kepada jemaat GPIB Yudea untuk berhati-hati.
“Hati-hati diusia 27 tahun ini orang lihat gereja bagus, bagus pastori, bagus mobil tapi tidak dirasakan mereka diluar sana. Maka jadilah gereja seperti menara gading, yang indah dilihat tapi tidak dirasakan indah oleh orang lain. 27 tahun kita bilang Tuhan kami punya tampilan diluar bagus, didalam harus lebih bagus.”
“Bukan aku yang hebat tapi Allah yang hebat,” kata Pdt. Marthen mengutip yang disampaikan John Stott seorang penulis. Kenapa gereja bisa berkembang dengan hebat karena gereja memelihara domba-dombanya dengan baik yang terdiri dari macam-macam suku, dari macam-macam karakter.
Mari, kata Pdt. Marthen, di usia 27 tahun GPIB Yudea untuk tetap memelihara domba-domba dengan bagus, jaga dan merawatnya karena itu adalah anugerah Tuhan.
Menurutnya, gereja bisa bertumbuh dengan baik karena ada persekutuan yang hangat, bukan suam-suam kuku. tidak tertawa diatas penderitaan orang lain tapi saling menopang satu dengan yang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
“Masalah paling besar dalam gereja adalah ego,” kata Pdt. Marthen seraya mengajak warga jemaat untuk mengatakan: “Kami alat, pakai kami untuk kebesaran nama Tuhan.” Tugas gereja, katanya, menjadi wadah, dimana warganya bertumbuh dalam iman.
Seringkali, katanya, warga gereja mengatakan pelayanan itu bukan tugas warga jemaat tapi tugas pendeta, tugas penatua dan diaken, tugas pengurus pelkat. “Itu tugas kita semua, karena gereja bukan gedungnya, gereja adalah orangnya,” tandas Pdt. Marthen melagukan nyanyian “Gereja Bukanlah Gedungnya”.
“Biarlah diusia 27 tahun GPIB Yudea ini orang lain dapat melihat Allah melalui warga gerejanya. Caranya, dengan saling mengasihi. Diusia 27 tahun kita semakin merekatkan kebersamaan, saling peduli, tidak menganggap diri lebih penting dari orang lain sebaliknya merasa tidak sempurna tanpa orang lain.”
Rangkaian ibadah berjalan mulus, dalam kesempata trsebut Ketua V Majelis Sinode GPIB, Pnt. Robbynson L. Wekes memberi ucapan selamat atas HUT 27 tahun GPIB Yudea Tengerang. Beberapa paduan suara mengisi jalannya perayaan HUT ke-27 Tahun GPIB Yudea Tangerang yang juga dirayakan di Pos-pos Pelayanan GPIB Yudea yakni di Pospel Bonang, Pospel Binong dan Pospel Citra. /fsp