JAKARTA, Arcus GPIB – Siapakah kita sesungguhnya? Jika kita jujur, kita adalah manusia hina dan kecil. Pengakuan yang demikian akan muncul, kalau ada kesediaan kita, untuk merendahkan diri.
Mengatakan itu Pendeta Sealthiel Izaac Rabu (12/07/2023) mengurai Firman Tuhan dari Mazmur 119: 137-144 fokus pada ayat 141 “Aku ini kecil dan hina, tetapi titah-titah-Mu tidak kulupakan.”
“Sepatutnya kita merendahkan diri, karena kita ini tidak ada apa-apanya. Justru dengan bersikap rendah hati, kita akan mendapatkan kekuatan kehidupan.” “Dalam kelemahan kuasa-Mu disempurnakan” (II Korintus 12:9 ) Mari instrospeksi diri, lalu merendahkan diri dihadapan-Nya dan menyatakan: “Aku ini hina dan kecil”.
“Kecenderungan kita sebagai manusia, selalu merasa hebat. Perasaan seperti itu membuat kita, tidak mau merendahkan diri. Apalagi ketika kita merasa, bahwa semua yang kita butuhkan ada pada kita. Padahal dalam kenyataannya, kita tidak bisa mengatasi persoalan kita, dengan kekuatan sendiri.”
Membaca Mazmur 119 ini, disampaikan berulang kali bahwa Pemazmur mengalami tantangan, pergumulan dan penderitaan dalam kehidupannya. Sebagai seorang beriman, ia pun tidak terlepas dari berbagai persoalan kehidupan. Tetapi dalam menghadapi semuanya itu, ia bergantung pada Tuhan, pada firman-Nya. Firman Allah telah menjadi kegemarannya. Karena itu setiap persoalan yang dialaminya dapat diatasinya.
Dengan jujur, ia mengakui keberadaannya: “Aku ini kecil dan hina” (ay.141). Dihadapan Allah yang empunya firman, ia merasa kecil dan hina. Siapakah dia sesungguhnya?
Berhadapan dengan berbagai persoalan kehidupan, ia juga memahami betapa kecil dan hina kehidupannya. Tapi ia memiliki keyakinan yang kuat akan firman Tuhan, yang dapat mengatasi persoalannya. /fsp