ArcusGPIB.com – Laki-laki atau perempuan menjadi isu sentral untuk menjabat Ketua Umum (Ketum) Majelis Sinode GPIB. Apa kata Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt Drs Paulus Kariso Rumambi, M.Si soal itu?
“Berpikirnya GPIB itu 100 tahun kedepan. Tahun 2048 GPIB itu kayak apa. Untuk itu harus pemimpin-pemimpin yang lebih muda yang harus maju, yang harus tampil,” tuturnya sebagaimana youtube Keluarga Pandu. H oleh Pdt. Dr. Jozef M. N. Hehanussa, M.Th yang akrab disapa Pdt Otje ini.
Dari jajak pendapat yang dilakukan Pdt Otje belum lama ini terlihat “adu kuat” antara laki-laki dan perempuan untuk posisi puncak sebagai orang nomor satu GPIB.
Sebanyak 140 responden terdiri dari 15 orang warga jemaat, diaken 33 orang, penatua 56 orang dan pendeta 36 orang yang mengambil bagian dalam jejak pendapat ini. Hasilnya? Secara gender untuk posisi Ketua Umum 52,9 persen memilih agar posisi Ketum diisi oleh laki-laki, 47,1 persen memilih perempuan untuk posisi Sekretaris Umum.
Artinya, hasil jejak pendapat tersebut, pemilih dominan mengharapkan posisi Ketum dijabat oleh seorang lelaki dan posisi Sekum diisi oleh seorang perempuan.
Dari 140 responden terdiri dari warga jemaat, diaken, penatua dan pendeta sebanyak 74 orang mengharapkan Ketum dijabat oleh laki-laki sebanyak 66 orang memberikan jawaban agar jabatan Sekum diisi oleh perempuan.
Lalu bagaimana dengan posisi Ketum jika dijabat oleh perempuan? Hasilnya cukup mencengangkan sebanyak 38,6 persen responden menjatuhkan pilihannya agar posisi Ketum nantinya dijabat oleh Perempuan karena memiliki kompetensi yang baik. Sedangkan sebanyak 26,4 persen memilih laki-laki dengan alasan GPIB lebih membutuhkan figur seorang bapak sebagai Ketua Umum.
Sebanyak 85,7 persen respondem menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk duduk sebagai Fungsionaris Majelis Sinode XXI menunjukkan pikiran progresif jemaat terhadap kepemimpinan berbasis gender.
Meskipun memiliki peluang yang sama namun menurut responden, laki-laki memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin sebesar 6,4 persen dibanding perempuan yang hanya 2,9 persen.
“Kesan seksis muncul dari pilihan yang menonjol untuk Ketum adalah laki-laki dan Sekum adalah perempuan,” ungkap Pdt Jozef. Dari sisi jemaat ini memperlihatkan kuatnya pola pikir patriarkhi. /fsp