JAKARTA, Arcus GPIB – Pendeta Jacklevyn Fritz Manuputty, Ketua Umum PGI menyatakan bangga akan apa yang dicapai GPI (Gereja Protestan di Indonesia) selama 420 tahun atas kehadirannya dalam bergereja dan bermasyarakat.
”Jalan panjang yang dilalui GPI, menyala terang, tidak pernah pudar. Mungkin kadang-karang mati, tinggal kecil, kemudian menyala lagi, tapi tidak pernah mati. Apakah kita yang menjaga? Tuhan yang menjaga,” kata Pendeta Jacklevyn Fritz Manuputty yang akrab disapa sebagai Pendeta Jacky saat melayani di ibadah syukur HUT GPI ke 420 di GPIB Effatha Jakarta, Kamis (27/02/2025).

Sukacita merayakan HUT 420 GPI bersama tamu dan undangan di GPIB Effatha Jakarta.

Tanda kasih bucket bunga mewarnai jalannya HUT ke-420 GPI
Dikatakan, sekarang, viral #IndonesiaGelap. Namun, sebagai ciptaan baru didalam Kristus selayaknya menjadi terang karena otentis dan secara substansial orang kristen adalah pengikut Kristus.
”Ketika kita mengaku bahwa kita hidup didalam Kristus sebagai ciptaan baru maka kita menerima bahwa terang adalah identitas kita secara otentis dan secara substansial. Kita bukan orang-orang yang membawa terang, kita bukan orang-orang yang mendatangkan terang, kita bukan orang-orang yang menghidupkan terang, kita adalah terang. Identitas dasar kita adalah terang,” tandas Jacky.

Pdt. Hallie Jonathan dan Pdt. Liesye Sumampouw dan para undangan saangat menikmati sukacita HUT ke-420 GPI.

Rangkaian acara menarik, hadirin dan tamu undangan bersukacita mengikuti hingga acara selesai.
Menurutnya, tema HUT 420 GPI ”Gereja Diutus ke dunia untuk Menghadirkan Keadilan, Kebenaran dan Perdamaian” punya bobot bahwa gereja harus ada menghadir terang.
Dalam kesempatan itu, Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung yang diwakili Dr. Amsal Yowei Direktur Urusan Agama Kristen mengharapkan, GPI diusia ke 420 semakin teguh dalam pelayanan, semakin berdampak dalam mewujudkan misi Kristus, dan terus menjadi wadah pembinaan iman yang membawa kesejahteraan bagi bangsa dan negara.
”Mari kita jadikan momentum ini sebagai pengingat bahwa tugas gereja tidak hanya tidak hanya di dalam tembok gereja tetapi juga di tengah masyarakat, dalam dunia kerja, pendidikan, politik, dan kehidupan sosial lainnya,” kata Jeane Tulung.
Disampaikan, sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara, gereja diharapkan terus berkontribusi dalam hal membangun masyarakat yang rukun dan damai.
Hal ini, kata Jeane Tulung, selaras dengan program prioritas Kementerian Agama, yaitu internalisasi nilai agama serta internasionalisasi praktik kerukunan umat beragama.
Internalisasi nilai agama menekankan pentingnya menanamkan ajaran-ajaran luhur agama dalam kehidupan beragama, sehingga dapat melahirkan individu yang memilki karakter yang kuat, berintegritas dan mampu hidup berdampingan dengan sesama dalam keberagaman. /fsp