Home / Pelkat

Sabtu, 1 Maret 2025 - 01:59 WIB

HUT 60 PKP, Kaum Perempuan Lintas Iman Bincang Lingkungan Hidup

Suasana saat berlangsung bincang lintas iman soal lingkungan hidup.

Suasana saat berlangsung bincang lintas iman soal lingkungan hidup.

EKO-Sarasehan Lintas Iman merupakan salah satu kegiatan dalam Temu Syukur 60 Tahun PKP. Istilah “Eko-Sarasehan” terdiri dari kata “ekologi” dan “sarasehan”. Maksudnya, kegiatan ini merupakan pertemuan untuk mendengarkan pemahaman dan sharing pengalaman dari beberapa narasumber terkat tema ekologi atau alam ciptaan.

Kedua istilah tersebut kemudian diikuti dengan frasa “Lintas Iman” yang menunjukkan bahwa para narasumber yang akan diundang untuk berbagi pemahaman dan pengalaman adalah berasal dari tradisi dan iman yang berbeda.

Eko-Sarasehan Lintas Iman yang akan dilaksanakan mengangkat tema “Perempuan, Garda Depan Keberlanjutan Kehidupan”. Secara umum, kegiatan Eko-Sarasehan bertujuan untuk mendengar pemahaman dan pengalaman para perempuan yang memiliki concern dalam hal pelestarian lingkungan hidup. Tak hanya itu diharapkan melalui kegiatan ini, para peserta Temu Syukur 60 Tahun PKP akan mendapatkan pemahaman dan inspirasi tentang bagaimana peran aktif perempuan dalam menghadapi tantangan ekologi yang ada saat ini.

 Narasumber pertama dari perspektif Islam adalah Ibu Hening Parlan. Beliau merupakan Koordinator Nasional GreenFaith Indonesia, sekaligus Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.

Narasumber kedua dari perspektif Katolik, yaitu Sr. Marisa Nur Trisna, CB. Beliau merupakan seorang biarawati dari Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Boromeus. Sejak 2020, Sr. Marisa menjadi Koordinator KPKC Suster CB Provinsi Indonesia dan juga sebagai Badan Pengurus Komisi Keadilan-Perdamaian Dan Pastoral Migran Perantau di Kantor Waligereja Indonesia.

Adapun narasumber ketiga, dari perspektif Kristen Protestan, yaitu Pdt. Meilanny Risamasu. Beliau merupakan Pendeta GPIB yang baru saja menyelesaikan studi doktoralnya di “Ilmu Lingkungan” Universitas Riau. Saat ini beliau terlibat aktif dalam mengagas dan mengimplementasikan Eco GPIB bersama Dept. GERMASA GPIB. Sedangkan yang menjadi moderator atau host adalah Pdt. Troitje Patricia Aprilia Sapakoly. Beliau adalah Pendeta di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang  saat ini, sedang melanjutkan studi doktoral di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan konsentrasi “Kajian Antar Iman”.

Baca juga  Gereja Memiliki Peran Penting Dalam Membentuk Iman Anak-anak

Dalam talkshow, Ibu Hening Parlan menyampaikan pemahaman dalam Islam tentang hubungan manusia dengan Tuhan akan terhambat bahkan menjadi dosa apabila tidak menjaga lingkungan hidup. Kaum perempuan, sangat relasinya dengan alam karena kesehariannya selalu berkaitan dengan unsur alam. Menurutnya perempuan memang garda terdepan dalam menjaga alam. Pagi hari langsung berurusan dengan air, beras, kopi, dan bahan makanan lainnya. Yang paling banyak menggunakan plastik adalah juga kaum perempuan. Singkat kata, kaum perempuan, dalam konteks peran domestiknya sangat berdampak dan berpengaruh pada ekologi. Kaum perempuan dapat menentukan dan memutuskan pengendalian perusakan lingkungan mulai dari urusan rumah tangga.

Selaras dengan Ibu Hening Parlan, Sr. Marissa juga menyatakan bahwa perempuan adalah garda terdepan dalam lingkungan hidup. Setiap perempuan dikaruniai rahim oleh Tuhan. Keberadaan rahim adalah anugerah Tuhan yang menghendaki perempuan untuk menjadi mitraNya dalam melahirkan kehidupan. Tubuh perempuan adalah jagad cilik atau dunia kecil. Sedangkan bumi adalah jagad gede atau dunia besar. Apabila jagad gede, alamnya rusak, perempuan akan rusak sebagai jagad cilik tidak dapat melahirkan kehidupan yang baik. Agar tubuh perempuan tetap baik, maka perempuan harus terlibat memperjuangkan kelestarian bumi.

Pdt. Meilanny mengungkapkan bahwa kaum perempuan bisa berperan menjadi sumber solusi bagi lingkungan hidup sekaligus bisa menjadi pihak yang paling membahayakan lingkungan hidup jika gaya hidupnya tidak dikendalikan.

Pdt. Meilanny menguraikan bahwa menurut penelitian 92 juta ton limbah per tahun berasal dari pakaian, yang mana 85% di antaranya adalah baju-baju yang baru dipakai kurang dari 5kali. Belum lagi terkait dengan produk kecantikan, di mana 120 miliar unit plastik per tahun dihasilkan dari cepatnya transaksi tersebut. Untuk itu kaum perempuan perlu terlibat dalam upaya mendorong gelombang ramah lingkungan melalui pengaruh kaum perempuan di lingkaran pergaulannya.

Baca juga  Lagi, Majelis Sinode Gelar Sosialisasi Gereja Ramah Anak

Setelah mendengar pemikiran ketiga narasumber, Pdt. Patricia kemudian menyimpulkan bahwa sehubungan dengan slogan PKP, yaitu “anggun, bersahaja, pembawa damai”, harusnya mendapat interpretasi yang berkaitan erat dengan melestarikan lingkungan hidup. Keanggunan perempuan bukan hanya soal make up atau dandanannya. Batin dan perilaku yang mencerminkan kasih dan kepedulian adalah keanggunan sejati. “Bersahaja” dapat terwujud dengan itikad kuat mengendalikan pembelian pakaian secara berlebihan. Sedangkan “pembawa damai”, diwujudkan dengan kesungguhan mengubah perilaku hidup dari tidak ramah lingkungan, menjadi ramah lingkungan misalnya dengan memakai tumbler ketimbang botol plastik, tas kain untuk berbelanja ketimbang plastik kresek, ikut memilah sampah, mengendalikan pembelanjaan rumah tangga dan aktif menanam pohon.

Setelah sesi Talkshow, acara masih dilanjutkan dengan momen yang bersejarah bagi GPIB, yaitu dengan dilakukannya Doa Lintas Iman yang melibatkan seluruh narasumber, dan moderator. Dalam Doa Lintas Iman dibacakan syair “Gita Sang Surya” karya Bapa Gereja Fransiskus dari Asisi. Selain itu dibacakan ayat-ayat Alkitab dan ayat-ayat al-Qur’an mengenai penciptaan, kerusakan alam, dan perintah memelihara lingkungan hidup. Momen berdoa bersama lintas iman ini menjadi suatu ungkapan kesungguhan batin dari kaum perempuan bahwa untuk menyelamatkan alam, umat Kristen (termasuk GPIB) tidak bisa dan tidak seharusnya sendirian, melainkan harus merangkul semua kalangan dari berbagai agama. /brh

Share :

Baca Juga

Pelkat

Yang Penting Bukan Berapa Lama Hidup, Tapi Apa yang Dilakukan Selama Hidup

Pelkat

Semarak HUT Ke-57 Pelkat PKP, Pdt. Sterra H.M. Gerrits: Hati Perempuan Lebih Peka

Pelkat

Teruna … “You Are Not Alone”

Pelkat

Sukacita Natal Dewan PKB, Tony Wenas: “Harapan Kami Semua Merasakan Sukacita”

Pelkat

Ketua Dewan PKB Tony Wenas Apresiasi Caleg-Caleg GPIB: “Kita Doakan….”

Pelkat

Nikmat Se’i Babi Om Simson Di Acara Bulan Pelkes

Pelkat

Ini Juara-juara Lansia Berprestasi, Pdt Roberto Wagey: Optimalkan Kualitas

Pelkat

Buang Orangtua Ke Panti Asuhan, Pdt. Merzi: “Jangan Sampai Tabur Tuai”