JAKARTA, Arcus GPIB – Catatan menarik seorang pendeta senior GPIB di grup facebook “Catatan Harian GPIB” yang menyebutkan “Jangan Bangga Dengan Jabatan Pendeta, Penatua dan Diaken”. Narasi dilansir Senin 03/10/2022 mengurai Lukas 10: 25-37 tentang Orang Samaria yang Murah Hati.
“Jabatan gerejawi, seperti Pendeta, Penatua atau Diaken, Penginjil, dll dengan berbagai kegiatan yang mewarnai kegiatan sehari-hari, semuanya tidak akan berarti jika kita tidak dapat menunjukkan sikap hidup sebagai pengikut Kristus melalui perbuatan nyata yang bisa dilihat dan dinikmati orang,” kata Pdt. Frans J. Wantah.
Manurutnya, jangan bangga karena di mobil ada Alkitab, memutar lagu-lagu rohani di rumah, di mobil atau melalui dering handphone serta setiap minggu orang melihat rajin ke gereja.
“Orang akan mengenal kita sebagai pengikut Yesus yang sejati bukan hanya karena simbol-simbol kekristenan yang dikenakan atau yang digantung di rumah dan di mobil,” tutur alumni STT INTIM Makassar ini.
Kekristenan, kata Wantah, tidak hanya berbicara tentang khotbah menggebu-gebu yang kelihatannya menarik. KeKristenan adalah gaya hidup sehari-hari. Terlalu sering Tuhan Yesus dicemoohkan karena gaya hidup para pengikut-Nya yang tidak mencerminkan sifat-sifat Yesus.
Jadilah seperti orang Samaria yang murah hati, dengan menyatakan kasih melalui tindakan nyata.
Siapakah Orang Samaria? Orang Samaria menghuni negeri yang dulunya milik suku Efraim dan separuh dari suku Manasye. Samaria ialah ibu kota negeri tersebut, yang dulunya sebuah kota besar dan megah.
Ketika sepuluh suku Israel dibawa menjadi tawanan ke Asyur, raja Asyur mengirim orang dari Babel, Kuta, Awa, Hamat, dan Sefarwaim untuk mendiami Samaria (2 Raj 17:24; Ezr 4:2-11).
Orang Samaria memeluk agama yang merupakan campuran dari Yudaisme dan penyembahan berhala (2 Raj 17:26-28).
Alasan lain yang menyebabkan timbulnya permusuhan antara orang Israel dengan orang Samaria adalah:
- Orang Yahudi, setelah kembali dari pembuangan di Babilonia, mulai membangun kembali bait mereka. Ketika Nehemia sedang membangun tembok Yerusalem, orang Samaria berusaha keras menghentikan pembangunan tersebut (Nehemia 6:1-14).
- Orang Samaria membangun bait mereka sendiri di “Gunung Gerizi.” Mereka bersikeras menganggap Musa yang menentukan tempat itu sebagai tempat penyembahan bagi mereka.
- Samaria menjadi tempat pengungsian bagi para pelanggar hukum dari Yudea (Yos 20:7; 21:21). Orang Samaria bersedia menerima para penjahat orang Yahudi dan orang yang diusir.
- Orang Samaria hanya bersedia menerima lima kitab Musa. Mereka menolak semua tulisan para nabi dan tradisi Yahudi.
Dari alasan inilah muncul perselisihan yang tidak dapat didamaikan di antara mereka. Orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai ras manusia terburuk (Yoh 8:48) dan tidak mau berurusan dengan mereka (Yoh 4:9). /fsp