JAKARTA, Arcus GPIB – Menghadirkan damai sejahtera bagi jemaatnya terus dilakukan Gereja Protestan di Indonesia (GPIB) dengan menata aset-aset yang dimilikinya.
Sayangnya, sebagaimana terungkap dalam Rakerdal PEG di Jakarta 15 – 17 November 2024 aset-aset yang dimiliki belum sepenuhnya memanfaatkan aset dengan baik, belum lagi masih banyak aset yang bermasalah.
Komitmen dari Rakerdal 2024 salah satunya adalah memberdayakan aset-aset yang tidur dan menyelesaikan aset bermasalah.
Bagaimana mengembangkan aset-aset GPIB sembari mencari tahu kemajuan gereja saudara, Rakerdal PEG 2024 menghadirkan tiga narasumber dari Sinode GPM,GMIM dan GMIT.
Tiga Sinode memaparkan kinerja jemaatnya baik dalam hal Dana, Daya dan Teologi, yakni Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Gereja Protestan di Maluku (GPM) dan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).
Paparan capaian ketiga Sinode tersebut dilakukan di forum Rakerdal PEG GPIB yang berlangsung di Jakarta pada 15 – 17 November 2024. Dapat dikatakan kinerja pelayanan ketiga Sinode tersebut cukup bagus dalam hal pengembangan jemaat melalui penataan aset untuk memberdayakan pelayanan yang memang membutuhkan pendanaan.
Paparan ketiga narasumber membuka wawasan bagaimana peran aset untuk menopang pelayanan di jemaat. Ketiga narasumber itu adalah Pendeta Elifas Tomix Maspaitela, M.Si (GPM), Pendeta Samuel Benyamin Pandie (GMIT) dan Pendeta Lucky Paulus Tumbelaka, M.Th (GMIM).
Action GMIT
Tegas disampaiakan oleh Pendeta Samuel Benyamin Pandie (GMIT) bila ingin ekonomi jemaat meningkat, maka gereja harus berani mengolah potensi aset yang dimilikinya.
Yang pasti, GMIT telah memiliki target pencapaian hingga tahun 2031, yakni Mandiri dalam daya, dana dan teologi. Sebagaimana diketahui GMIT memiliki 57 klasis/kota di NTT, NTB, dan Batam serta diaspora Surabaya dan Malaysia.
Untuk mencapai hal tersebut, GMIT melakukan pola Ekonomi berkeadilan yang menjadi fokus pelayanan diakonia Sinode GMIT periode 2024-2027. Model pengembangan ekonomi berkeadilan bagi pelayanan Diakonia GMIT sejalan dengan kondisi yang terjadi akibat 3 mega disrupsi besar yaitu Pandemi Covid, Perubahan Iklim dan Revolusi 4.0 yang memberi dampak signifikan bagi sosial, ekonomi dan ketahanan Jemaat.
Upaya pengembangan aset dimulai di beberapa lokasi tanah GMIT yakni pengembangan kembali Alfa Omega sebuah Yayasan Pelayanan dan Pengembangan Masyarakat, pengembangan Lahan Di Petuk (Tanaman Buah Dan Peternakan Ayam Pedaging), penataan Tanah-tanah Pertanian Di Tarus, Noelbaki dan Nunkurus, pengembangan Desa Wisata Di Nifuboko Soe, pengembangan Lahan Pertanian Di Loli 12 Hektar, pengembangan Lahan Pertanian Di Oeteas Rote Klasis Loleh, pengembangan Lahan Pertanian Di Fanating Alor dan pengembangan Percetakan dan Studio BLK Multi Media.
Catatan Arcus GPIB, jemaat GMIT saat ini telah memiliki sebuah Bank Perkreditan Rakyat yang dalam suatu kesempatan pernah menadapat perkunjungan dari Fungsionaris Dept. PEG, Dorothea Samola.
Manuver GPM
Bagaimana dengan Sinode GPM? Senada dengan Sinode GMIT, dalam hal pengelolaan asset, Pendeta Elifas Tomix Maspaitela tidak membiarkan aset-aset yang ada di GPM tidur alias mangggur.
“Aset bukan untuk disimpan dan dibiarkan menganggur, apalagi tidak untuk menjadi status simbol bagi gereja. Karena itu semua pengelola aset gereja harus melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab, mendayagunakan aset yang ada untuk kepentingan pelayanan,” tandas Elifas.
Ia menyebutkan bahwa nilai aset GPM per 20 Oktober 2024 telah mencapai Rp1.471 Triliun. Aset GPM ada di Sinode, Klasis, Jemaat, Badan Usaha Milik Gereja (BUMG) dan dikelola di masing-masing unit pelayanan untuk meningkatkan pelayanan gereja.
Apa yang dilakukan GPM untuk menghadirkan damai sejahtera bagi jemaatnya? GPM melakukan Kemitraan Jemaat yakni dengan meningkatkan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan, menyanggah proses distribusi dan pemasaran hasil ekonomi jemaat dan membantu perijinan usaha dan modal.
GMIM
Lalu bagaimana dengan Sinode GMIM mengembangkan aset dan potensi jemaat hingga bisa bertumbuh besar memiliki Rumah Sakit, punya Kampus Perguruan Tinggi dan memiliki Balai Latihan Kerja. “Wow,…GMIM gitu lho,” tutur seorang peserta Rakerdal PEG.
Apa yang dicapai GMIM, so pasti karena penataan yang baik dalam mengembangkan ekonomi warganya antara lain melalui usaha perkebunan dan beternak, GMIM juga memiliki usaha Percetakan, Konveksi, dll. /fsp