JAKARTA, Arcus GPIB – Di jaman ini, banyak orang lebih fokus pada nilai individualis dan egosentris. Mari melatih diri untuk peduli terhadap lingkungan dengan menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Hati-hati, jangan sampai kita mengalami kelumpuhan kepedulian.
Renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) GPIB Senin 01/05/2023 menyebutkan peduli terhadap mereka yang tidak berdaya, sama dengan membangun belarasa terhadap sesama.
Catatan Arcus GPIB mengutip jawaban.com menyebutkan peduli lingkungan kini telah menjadi tren termasuk di kalangan anak-anak muda.
Gaya hidup peduli lingkungan menjadi sebuah tren yang mendunia saat ini, bukan hanya biar dibilang keren, tapi karena kondisi alam sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan.
Mulai dari tingkat polusi yang tinggi, masalah sampah yang menggunung dan mengotori lautan serta membunuh banyak makhluk hidup, hingga luas hutan yang berkurang dengan cepat membuat kondisi bumi makin memanas. Semrawutnya kondisi lingkungan ini, ada kontribusi kita, baik kita mau mengakuinya ataupun tidak.
Kita wajib peduli dengan kondisi ini, sebab Tuhan sendiri telah memberikan mandat kepada kita orang percaya untuk menjadi pengelola yang baik atas semua yang Dia percayakan kepada kita, termasuk alam sekitar kita.
Selain itu, saat Adam di tempatkan di Taman Eden, Tuhan memerintahkan kepadanya untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2:15). Jadi apa yang Tuhan berikan kepada kita, harus dijaga dan dirawat agar dalam kondisi yang terus baik atau bahkan menjadi lebih baik lagi.
Laman kemenkumham.go.id menyebutkan, mengapa manusia melakukan perusakan lingkungan hidup adalah sangat luas. Karena luasnya, maka sulit bisa memilah-milah penyebab motivasi orang untuk merusak lingkungan hidup.
Selain perusakan lingkungan hidup diakibatkan oleh pertumbuan populasi penduduk dan konsumsi yang berlebihan atas sumberdaya alam, masyarakat industri juga memberikan dampak perusakan lingkungan hidup lebih lanjut, yakni terhadap ekosistem melalui emisi dari hasil sampingan limbah dari materi yang digunakan serta dimanipulasi.
Sebagian besar dari hasil polusi dunia adalah dari pemborosan sistem produksi, menghasilkan perusakan sumber-sumber daya alam yang berpengaruh pada merosotnya jaminan kesehatan manusia dan binatang, serta mahluk hidup non hewani lainnya, yang sebetulnya adalah populasi yang sedang dilayani.
Di desa di dalam banyak negara berkembang, sebagai contoh, sedikitnya 170 juta orang kekurangan akses untuk membersihkan air untuk minuman, masakan, dan cucian. Penduduk di kota-kota seperti Bangkok, Beijing, Mexico City, dan Sao Paulo dipaksa untuk tinggal dan hidup di udara yang tidak cocok untuk bernafas.
Secara ringkas, kita mencari cara untuk menjelaskan kecenderungan perilaku yang merusak lingkungan hidup melalui kondisi kelebihan populasi penduduk, konsumsi yang berlebih atas sumberdaya alam dan pengotoran lingkungan hidup. /fsp