BENGKULU, Arcus GPIB – Menapaki kota Bengkulu punya kesan tersendiri. Kota yang dikenal dengan rumah pengasingan Presiden Pertama RI Soekarno ini menjanjikan masa depan yang baik.
Tim majalah Arcus GPIB Frans S. Pong dan Hesed Entertainment Tommy Mukdani dan Femmy Esther Tiovani merambah kota Bengkulu.

Bangunan-bangunan indah menghias jalan-jalan di Kota Bengkulu, mempesona bersebelahan dengan Lapangan Merdeka Bengkulu
Bengkulu punya peluang potensial untuk terus dikembangkan sehigga bisa sejajar dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia ini.
Kota Bengkulu ibarat gadis nan cantik yang siap untuk dipinang. Disana-sini terlihat berbagai sarana dan prasarana yang menunjang gerak ekonomi daerah yang memiliki tempat wisata salah satunya Pantai Panjang sekitar 7 kilometer.
Wow… tentunya tempat ini menjadi tempat yang cocok untuk santai menikmati kuliner ala kota Bengkulu.
Salah satu tempat wisata kuliner di Pantai Panjang adalah “Marola” berbagai menu dapat dinikmati disitu. Saat menikmati menu ada tempat pilihan mau duduk lesehan atau di kursi makan. Jadi, benar-benar memanjakan wisatawan yang datang.
Ombak besar Pantai Panjang terus menghujam bibir pantai tentu menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan yang gemar berselancar dan menikmati aneka kuliner di sini.

Menikmati kuliner ala Bengkulu di Pantai Panjang.
Beberapa warga yang ditemui Arcus GPIB mengakui bahwa wisata Bengkulu masih harus ditata lagi. Ini perlu untuk memaksimalkan Pendapatan Daerah dari sektor pariwisata.
Pantai Panjang, misalnya, harus ditata lebih baik lagi dan dibuatkan event wisata yang menantang sehingga pengunjung mau datang. Bahkan kalau perlu dengan sistem berbayar untuk masuk di Kawasan Pantai Panjang, sama seperti Pantai Ancol di Jakarta.

Benteng Marlborough Inggris menghias Kota Bengkulu
Tempat wisata lainnya dikunjungi Arcus GPIB dan Hesed Entertainment adalah Fort Marlborough sebuah benteng yang didirikan dari kongsi dagang milik Inggris, di Bengkulu tahun 1714.
Nama Marlborough sendiri diambil dari nama Jenderal Inggris terkenal, John Churchill Duke of Marlborough, yang hidup di awal abad ke-17.
Kota Bengkulu dapat dikatakan sebagai kota bersejarah. Di kota ini ada rumah tempat pengasingan presiden pertama RI Soekarno dan keluarga. Tempat ini sangat dirawat baik, kebersikan dan penataan taman hingga ke dalam kamar tidur Soekarno tertata apik. Jadi, tak heran kalau hampir setiap harinya ada wisatawan yang mampir.

Rumah pengasingan presiden pertama RI, Soekarno di Bengkulu.
Saat Arcus GPIB dan Hesed Entertainment berada di tempat itu, terlihat wisatawan dari daerah Palembang. “Ibu-ibu dari daerah mana,” yang dijawab: “Kami dari Palembang, Lubuk Linggau.”
Kota ini memang punya hari esok yang baik. Kota memiliki tempat-tempat wisata, hotel dan berbagai hal lainnya untuk membangkitkan perekonomian semakin baik. Artinya Bengkulu butuh sentuhan banyak investor untuk menata Bengkulu semakin O.k.

Warga jemaat dan diaken-penatua Bajem Rafflesia Bengkulu: Menanti adanya Gedung Gereja.
Tim Arcus GPIB dan Hesed Entertainment yang menginap 3 hari di Mercure Hotel Bengkulu, hotel yang cukup mewah ternyata dipakai juga oleh tim Pengawalan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat mengawal orang Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang berkunjung ke kota Bengkulu tanggal 5 – 7 Mei 2013.
Di tengah kota ada Lapangan Merdeka membentang indah, megah dengan menaranya yang khas bersebalahan dengan Rumah Dinas Gubernur. Ada gereja Katolik St. Yohanes Penginjil- Paroki Bengkulu yang dibangun permanen semakin memberi pesan, warga kota ini toleran dengan agama lain. Dibeberapa tempat lainnya gereja-gereja Batak Karo, ada GPdI Pentakosta dengan gedung ibadah permanen.

Jemaat Bajem Rafflesia Bengkulu, ibadah meminjam gedung GPdI Bengkulu.
Tapi, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dimana ya? Biasanya di kota-kota besar GPIB selalu hadir dan berdiri megah mewartakan Damai Sejahtera. GPIB belum hadir secara kelembagaan.
Tim Arcus dan Tim Hesed Entertainment yang datang khusus untuk melihat sejauh mana pelayanan gereja-gereja di Bengkulu tidak menemukan keberadaan GPIB secara formal atau permanen.
Informasi Ketua III Majelis Sinode GPIB Pendeta Mauren S. Rumeser-Thomas yang pernah bertandang ke Bengkulu mengatakan, di Bengkulu ada Bakal Jemaat (Bajem) Rafflesia yang sudah lama berdiri.
“Jemaat Bajem Rafflesia ini sudah memiliki lahan di Kota Bengkulu yang letaknya sangat strategis. Mudah dijangkau dari mana saja,” kata Pendeta Mauren S. Rumeser-Thomas yang akrab disapa Pendeta Susi.
Tinjauan tim Majalah Arcus dan Tim Hesed Entertainment di lapangan, Bajem Rafflesia ternyata selain memiliki lahan 1.050 meter persegi, Bajem ini juga telah memiliki Pastori yang sangat akomodatif yang tidak jauh dari lahan yang akan dibagun Gedung gereja GPIB yang terbentur soal perizinan (IMB) dari pemerintahan setempat.
Bajem Raflesia saat ini berinduk ke GPIB Effratha Padang Sumatera Barat.
Warga GPIB yang merintis cikal bakal Bajem Rafflesia Abraham Antonius Patty, Herman Ginting, Paul Bachter Edisson Gultom, dan Junus Maktu mengakui perizinan untuk pembangunan rumah ibadah masih menjadi kendala.
Abraham Antonius Patty mengatakan, Bajem Rafflesia sudah memiliki lahan termasuk pastori dengan segala isinya termasuk pendingan ruangan (AC), dan Kendaraan roda dua (Motor).
“Masalah utama kami di Bengkulu ini adalah Gedung Gereja. Kami punya tanah tapi tidak bisa dimanfaatkan karena terkendala pihak aparat daerah yang plin-plan,” tutur Abraham Antonius Patty yang biasa disapa Toni ini. Ia berharap GPIB Rafflesia ini akan terbangun.
“Mudah-mudahan pengganti Walikota yang baru nanti lebih bagus dari yang ada sekarang,” tutur Toni.
Jadi, di Bengkulu bukan tidak ada GPIB. GPIB hadir di Bengkulu masih Bakal Jemaat (Bajem) yang telah hadir di Bengkulu sejak tahun 2003. Artinya, Bajem ini sudah berdiri selama 20 tahun.
Menurut Penatua Herman Ginting,pergumulan untuk pembangunan rumah ibadah GPIB di Bengkulu terus diupayakan.
“Kami berharap suatu hari nanti GPIB bisa berdiri. Harapannya dengan adanya Gedung gereja di lahan kami akan menarik minat warga bergereja,” tandas Herman Ginting.
Harapan juga disampaikan Junus Maktu, warga jemaat Bajem Rafflesia yang berharap bisa memiliki gadung Gereja dan tidak lagi meminjam-minjam gereja lagi.
“Lahan kami sudah ada, pastori sadah ada. Kami butuh adanya penempatan pendeta agar ibadah bisa berjalan baik dan jemaat bertambah. Kami saat ini ibadah minggu pukul 07.30 wib meminjam gereja Pentakosta GPdI,” tutur Junus. /fsp