JAKARTA, Arcus GPIB – Pada masa sekarang telah terjadi kesenjangan hubungan (generation gap) antara orangtua dan anak. Yang dibutuhkan anak bukan banyaknya nasihat, tetapi kehidupan orangtua yang dapat diteladani.
”Maka, mari menjadikan keluarga kita keluarga yang beriman, dimana Firman Tuhan dibaca, doa dipanjatkan dan ibadah dilakukan di dalam keluarga.”
Demikian renungan Pendeta Sealthiel Isaac Minggu 28/07/2024 mengangkat tema: ANAK YANG DEGIL mengurai bacaan dari Ulangan 21:18-21.
Dikatakan, keluarga merupakan unit utama dalam masyarakat Israel. Orangtua diperintahkan mengajarkan (perintah) firman Allah kepada anak-anaknya berulang-ulang pada waktu sedang duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, atau pada saat berbaring atau bangun (Ulangan 6:7).
Dalam kenyataannya ada anak laki-laki yang degil, suka membangkang. Tidak suka mendengarkan perkataan (nasihat) ayah dan ibunya. Anak durhaka. Walaupun ayah dan ibu mengajarinya, ia tidak mau mendengar (ay18).
Di Israel, anak yang demikian harus dibawa orangtuanya kepada tua-tua Israel. Berdasarkan keputusan tua-tua, anak itu harus dilempari dengan batu sampai ia mati. (ay.19-21). Hal ini dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga dan memberi pelajaran kepada anak-anak yang lain.
Anak merupakan karunia Tuhan yang dititipkan-Nya kepada para orangtua. Maka anak adalah milik Tuhan ( I Sam 1:27, 28). Dengan demikian orang tua bertanggungjawab atas kehidupan anak. Ia harus mengasuh, merawat, memelihara dan mendidik sesuai kehendak pemiliknya.
Ada orangtua yang tidak bertanggungjawab bahkan sangat otoriter memperlakukan anak. Tetapi ada juga orangtua yang sangat menyayangi anak. /fsp