JAKARTA, Arcus GPIB – Allah yang kita sembah adalah juga Allah yang dapat dan bersikap keras untuk mendidik kita, ketika tidak taat. Ia memang tidak pernah meninggalkan kita. Namun demikian, tak berarti Allah tidak dapat menghukum, ketika kita melawan perintahNya.
Demikian penegasan dalam Renungan Malam Sabda Bina Umat (SBU) tenggal 10 Februari 2022 yang mengurai teks Firman Tuhan dari Nehemia 9: 26-28.
Artinya, Tuhan juga bisa marah terhadap orang-orang yang dikasihnya. Laman telaga.org menyebutkan, Tuhan bisa marah namun kemarahan-Nya tidak berlangsung lama. Hati yang dipenuhi kasih tidak akan dapat bertahan dalam kemarahan. Itu sebabnya walaupun Ia marah, dengan cepat ia mengampuni sewaktu kita mengaku dosa dan bertobat.
Di dalam kemarahan Tuhan terus menantikan pertobatan kita sebab sesungguhnya Ia ingin melimpahkan kita dengan kasih-Nya.
Tuhan dapat marah, seyogianyalah kita takut kepada-Nya. Adalah keliru bila kita beranggapan bahwa Tuhan itu baik sehingga tidak bisa marah. Di dalam kemarahan dan upaya-Nya untuk menjaga kita agar tidak terperosok lebih dalam di lumpur dosa, Ia sanggup mengganjar kita dengan keras. Itu sebabnya tidak boleh kita mempermainkan dan meremehkan kesabaran Tuhan.
Tuhan itu baik dan penuh kasih sayang; kemarahan-Nya keluar dari kebaikan dan kasih-Nya. Sewaktu Tuhan marah, tidak sejengkal pun berkurang kasih setia-Nya. Hanya satu yang dirindukan-Nya: kita hidup di dalam kehendak-Nya yang sempurna dan baik. Firman Tuhan berkata, “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mazmur 118:1). /fsp