Home / Misioner

Rabu, 8 Juni 2022 - 16:13 WIB

Peduli Umat Kita Di Pos Pelkes, Pdt. John Temmar: Ada Pos yang Sulit Dijangkau

Tim Pelkes 2022 saat melewati area dengan kondisi jalan yang rusak parah.

Tim Pelkes 2022 saat melewati area dengan kondisi jalan yang rusak parah.

JAKARTA, Arcus GPIB – Bagi GPIB, harus diakui bahwa Kalimantan adalah negeri sejuta pos pelkes. Ratusan pos pelayanan dan kesaksian milik GPIB tersebar merata di Kalimantan.

Artinya, dengan banyaknya pos pelayanan  yang ada disana harus diimbangi dengan kemauan, tekad dan semangat untuk terus menata pos-pos pelayanan ada di negeri suku Dayak ini.

Menggunakan truk angkut sawit menjadi pilihan untuk mencapai pos-pos yang sulit dijangkau

Karena itu, membawa damai sejahtera bagi sesama dan seluruh ciptaanNya  terus dilakukan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat di Kalimantan. Bulan pelkes menjadi momentum tahunan GPIB menyapa warganya di pos-pos hingga ke pelosok.

Pekabaran Injil yang digaungkan GPIB tidak hanya sekadar wacana, gereja ini terus berkutat, dari membangun secara fisik Gedung-gedung yang ada hingga pembinaan-pembinaan kepada warga jemaat dan presbiternya. GPIB melakukan itu dengan baik dan terprogram.

Sekretaris I Majelis Sinode Pdt. Roberto Wagey, M.Th menyerahakan bantuan dibeberapa pos pelkes.

Majelis Sinode melalui Departemen Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) terus menggodok apa-apa yang mesti dilakukan terhadap pos-pos pelkes yang tersebar dihampir semua provinsi di Indonesia.

Pelkes GPIB juga terus berupaya menyentuh kaum marjinal masyarakat kota industri. Diakonia karitatif, reformatif, dan transformatif, terus diupayakan untuk selalu menjadi warna berpelayanan dan kesaksian GPIB.

Pada tahun ini ada beberapa bakal jemaat, yang bertumbuh dari pos pelkes GPIB, akan dilembagakan menjadi jemaat mandiri. Kalimantan Barat memiliki jumlah pos pelkes terbanyak yaitu 78 pos pelkes dan 7 bakal jemaat.

Ketua Dept. Pelkes Pdt. Sterra Gerrits melakukan penanaman pohon di pos-pos yang dijangkau Tim Pelkes 2022.

Dalam upaya pengembangan pos-pos pelkes GPIB menuju kemandiriannya, maka pesan bulan pelkes tahun ini menekankan pada sinergi bersama untuk menopang kemandirian tersebut.

Baca juga  Pendampingan Mahasiswa Teologi GPIB di 4 Perguruan Tinggi

Salah satu bentuk sinergi yang terjadi, tampak pada komitmen 82 Jemaat Pendamping yang mendampingi pos pelkes/bajem GPIB sampai pelembagaan bahkan pasca pelembagaan.

Tidak hanya itu, tentu saja, keberadaan 247 Jemaat GPIB yang lain, beserta seluruh unit-unit misioner yang ada, turut juga berjalan bersama dalam pengembangan pos pelkes.

Kisah-kisah menarik melayani di pos-pos Kalimantan memang tap pernah usai. Dari Regio II Mupel Kalbar, misalnya, untuk mencapai Jemaat Ekklesia Air Upas dan Jemaat Bethesda Marau harus melewati jalan yang cukup ekstrim, berlumpur dan licin.

Parahnya, akibat lumpur yang dalam dan kondisi jalan yang rusak parah sering terjadi kendaraan terjebak dalam lumpur dan mogok bisa sampai berjam-jam seperti yang pernah dialam pendeta-pendeta GPIB yang terjebak 7 jam di lokasi jalan rusak berlumpur tersebut.

Ketua Mupel Kalimantan Barat, Pdt. John Temmar mengatakan bahwa Kalimanatan Barat memiliki banyak keunikan dengan berbagai budayanya.

“Kalimantan Barat ini memiliki keunikan. Uniknya dengan medan pelayanan dengan berbagai macam budayanya yang ada. Bersyukur kita ditempatkan Tuhan disini,” kata Pdt. John Temmar dalam wawancaranya dengan arcusgpib.com.

Baca juga  Ini Perintah, Pdt (Em) Isack Zelthiel: Beritakanlah Injil ke Seluruh Dunia

Dikatakan, karena ketika masuk pelayanan di Kalimantan Barat akan berhadapan dengan tantangan-tantangan yang ada.

“Kita ada 18 jemaat mandiri dan 70 – 75 pos pelkes yang tersebar di Kalimantan Barat. Daerah-daerah dan medan pelayanan yang beragam, ada pos-pos yang sudah beraspak tapi juga ada pos pelkes yang masih sangat sulit dijangkau,” ungkapnya.

Di Marau, katanya, tempuh perjalanan berhadapan dengan lumpur, bergulat keluar masuk dari lumpur dari pos ke pos yang lain dan di daerah Entikong harus berhadapan dengan sungai.

Ketua Departemen Pelkes, Pdt. Sterra Gerrits mengapresiasi kerja layan pendeta-pendeta di pos pelkes yang terus berjibaku dalam karya layannya.

“Sebagai yang pernah di Kalbar dan pernah merasakan medan perjalanan seperti itu, saya pribadi sangat berterima kasih ada ibu pendeta dan rekan sepelayanan yang memperhatikan Kalbar. Kalau bukan kita siapa lagi,” ungkap Pdt. Sterra.

Menurutnya, di Kalbar, satu pos bisa mencapai 40-70 kk yang kadangkala tidak ada pendeta.

“Kasihan juga umat kita di pos pelkes, pendetanya pasti pontang panting dari satu pos ke pos yang lain. sehingga tidak jarang akan terdengar bahwa ada pos yang sudah dilayani oleh gereja lain,” tuturnya berharap visitasi tahun ini berdampak untuk Langkah-langkah kedepan khususnya perhatian pada jemaat-jemaat pos pelkes.

Mengenai jemaat pendamping, Pdt. Novita Rismayanti punya ide-ide yang bagus juga diterapkan agar pos-pos pelayanan ataupun bakal jemaat bisa mendiri.

“Saya sejenak berandai-andai jika jemaat yang mampu mendampingi 2 pos pelkes bagus juga,” tutur Ketua Majelis Jemaat  (KMJ) GPIB Petrus Jakarta ini.

Menurutnya, pendampingan itu bukan hanya soal finansial saja, tapi keterhubungan yang berkelanjutan untuk gerak layan bersama. /fsp

Share :

Baca Juga

Germasa

Pdt. Hariman Pattianakota: ”Berhenti Menjadi Gereja Kalau Tidak Bisa Membangun Kesejahteraan”

Misioner

Tidak Ada Rumah Tangga yang Tidak Ada Masalah, Pdt. Sealthiel Isaak: Ini Penyebab Cerai

Misioner

Pendampingan Mahasiswa Teologi GPIB di 4 Perguruan Tinggi

Misioner

Sekira 8000 Orang Hadir Dalam Ibadah Syukur HUT GPIB Ke-75 di Istora Senayan

Misioner

Visitasi Bajem PTH, Pdt. Marthen Leiwakabessy: Bangun Persekutuan yang Solid

Misioner

Jalan Sehat dan Kunjungan Lintas Iman, Pdt. Roro: “Cara Kami Menyatakan Harapan”

Misioner

Itu Kebenaran Mutlak, Pnt. Robynson L. Wekes: “Jadilah Seperti Gembala”

Misioner

“Mereka Memberi Lebih Banyak Dari yang Kami Harapkan”