LOA ULUNG KALTIM – Bajem Hosana Loa Ulung Tenggarong, Kalimantan Timur dilembagakan Ketua 1 Majelis Sinode Pdt. Marthen Laiwakabessy, S.Th menjadi jemaat mandiri Minggu 28/8/2022.
GPIB Hosana Loa Ulung merupakan jemaat ke-331 yang dilembagakan Majelis Sinode GPIB. Sebagaimana diketahui pada hari yang sama juga dilakukan pelembagaan GPIB Immanuel Serangkang Kalimanatran Barat dilakukan oleh Ketua 2 Majelis Sinode Pdt. Manuel E. Raintung.
Pdt. Marthen Laiwakabessy mengatakan, pembangunan fisik itu penting, tetapi pembangunan non fisik lebih penting lagi. Karena kalau pembangunan fisik tanpa pembangunan non fisik maka pembangunan fisik tidak bisa berjalan.
Kepada pendeta-pendeta yang hadir dalam pelembagaan tersebut, Pdt. Marthen meminta untuk berkerja sungguh dalam pelayanan. “Jangan mencari untung di gereja. Ini bukan tempatnya,” tandas Pdt. Marthen.
Ketua Panitia Pelembagaan GPIB Hosana Loa Ulung, Yudiartha S.Hut, M.Si dalam sambutannya mengatakan, dalam mewujudkan jemaat yang mandiri selain persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari terdapat hal-hal yang paling utama dan penting adalah bagaimana melihat kehendak Tuhan Yesus melalui hikmat dan pengertian dalam seluruh proses yang ada.
Perjalanan panjang dan berliku dalam mempersiapkan diri dalam proses pelembagaan untuk benar-benar menjadi jemat yang mandiri telah dilalui bakal jemaat di tempat ini.
Banyak pergumulan dan tantangan yang tyelah dihadapi bersama, keraguan dan kebimbanngan sering kali berjalan seiring dengan semangat untuk dilembagakan.
Namun semuanya memberikan gambaran tentang proses yang harus ditempuh dalam mempersiapkan diri menjadi jemaat yang mandiri dan matang.
Jemaat yang mandiri tidak hanya ditentukan oleh proses pelembagaan hari ini tetapi bagaimana mandiri dalam arti luas untuk menjangkau pelayanan dan memberitakan Firman Tuhan lalu Pelayanan
Ketua Majelis Jemaat GPIB Efata Tenggarong Pdt. Jepry Yuwanto Daminto, S.Si-Teol mengatakan, perjalanan pelayanan yang ada di Bajem Loa Ulung ini cukup panjang.
“Peletakan batu pertama oleh Pdt. Yorinawa lalu pelayanan selanjutnya Pdt. Joseph Aeng lalu Pdt. Albert lalu saya. Disini sudah ada tujuh pelayan yang sudah menaburkan Firman Tuhan dan melayani ditempat ini. Ada dua vikaris dan lima pendeta tuhan pakai ditempat ini. Ini bukan pekerjaan satu orang,” kata Pdt. Jepry
Ketua Umum Majelis Sinode Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si dalam kesempatan peresmian gedung gereja Hosana Loa Ulung mangatakan, ada tiga hal yang menjadi perhatian gereja ketika akan dimandirikan.
Tiga hal itu adalah Mandiri Teologi, Mandiri Daya Insani dan Mandiri Dana.
“Ketika gereja dimandirikan, ada tiga hal yang dianggap sudah mandiri, yaitu Teologinya mandiri, pemahaman imannya yang dianggap sudah jelas, sudah dipahami bersama, kemudian mandiri dibidang Daya Insani berpendidikan dan berkarakter Kristus, yang ketiganya mandiri dibidang Dana, bagaimana mengelolah menatalayani anggaran seefektif, seefisien mungkin dan tepat guna,” kata Pdt. Rumambi.
Untuk itu, Pdt. Rumambi meminta kepada jemaat GPIB Hosana Loa Ulung untuk membuktikan diri atas apa yang dicapai sebagai jemaat mandiri.
“Ini harus dibuktikan jemaat Hosana Loa Ulung, karena jemaat pendamping tidak selamanya mendampingi. Ada batas waktu tiga tahun,” harap Pdt. Rumambi.
Bupati Kutai Kartanegara Drs. Edi Damansyah, M.si saat meresmikan Gedung gereja Hosana Loa Ulung menyatakan rasa sukacitanya bisa menghadiri peresmian tersebut.
“Saya selalu sampaikan dan mengingatkan kita semua bahwa kebebasan beragama kita ini dilindungi oleh konstitusi. Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utuk memeluk agamanya masing-masing,” katanya.
Jaminan ini bukan suatu yang abstrak tetapi merupakan sesuatu yang absolut sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberikan perlindunga kepada warganya untuk memeluk agamanya dan beribadah.
“Kita bersyukur di Kutai Kartanegara kerukunan umat beragama terjaga dengan baik,” tandas Edi yang disambut tepuk tangan warga jemaat Loa Ulung. /fsp