Kehadiran mereka bagi YADIA GPIB merupakan kado terindah yang baru saja melaksanakan HUT Ke-30, yang merupakan tahun mutiara.
TAK ada yang tak mungkin, tak ada yang tak bisa dilakukan, tak ada rintangan dan halangan jika kita mau bersama-sama, bahu-membahu menghadapinya.
Tanggal 15 July 2024 merupakan hari baru dan lingkungan baru bagi Aulia Natasia, Devi, Lewinna Novel, Puspa Madelina di Rumah Asuh Anak dan Lanjut Usia Griya Asih Lawang, mereka diantar oleh Pendeta Erlia Mora Anggreani Timisela-Sihombing, KMJ GPIB Jemaat ‘MENARA IMAN‘ Sekayam.
Kisah ke-empat anak perempuan dengan keadaan ekonomi sulit dan ada yang yatim dari Kalimantan Barat menggugah hati kita semua, mereka dari Pos Pelkes ‘Kalam Hidup’, Dusun Entubah, Desa Engkahan, Kecamatan Sekayam.
Masih mengenyam sekolah menengah pertama tentunya masih perlu kasih sayang dan belaian serta perhatian dari orang tua, tapi apa daya keadaan dan kondisi yang menyebabkan mereka harus meninggalkan tanah kelahirannya dan berpisah sanak saudara yang dicintai untuk melanjutkan pendidikan di tanah Jawa.
Kehadiran mereka bagi YADIA GPIB merupakan kado terindah yang baru saja melaksanakan HUT Ke-30, yang merupakan tahun mutiara. Perbedaan persepsi dalam menyikapi situasi ini, itu wajar dalam lingkungan pelayanan, saya biasa menyebutnya dalam percakapan informal sebagai Aturan versus Kasih.
Aturan boleh berjalan semestinya diatas tracknya, lintasannya, ini sah-sah aja, tak ada yang salah, nothing is wrong. Disatu sisi kita juga harus mengerti masih ada kasih yang didalam pelayanan diatas segalanya, I Yoh.4:19-20.
Kasih mengubah cara pandang berpikir jika kita mau mengilhami maknanya, Kasih menembus batas, penghalang dan sekat-sekat, Kasih mencairkan suasana, atmosfer yang tadinya kaku, kurang luwes menjadi fleksibel sehingga semuanya dapat menerima pentingnya melayani dengan cinta kasih, Yoh,15:17.
RAAL Griya Asih Lawang membutuhkan 20 orang anak untuk dibina dan disekolahkan sesuai aturan dari Dinas Sosial Kabupaten Malang.
Saat ini di RAAL sudah berjumlah 8 orang secara otomatis peran dan tanggung jawab dari pengurus harus lebih diintensifkan lagi, harus melakukan sesuatu, something sehingga mereka lebih tekun lagi dalam belajar serta memberdayakan, mendidik secara berkelanjutan.
Itu perlu, sebab bukan hanya soal makan minum yang diperhatikan tapi ada hal-hal lain seperti peningkatan pendekatan spiritual, pendekatan psikologi dan sosial budaya terus dikembangkan, developed agar mereka bisa mandiri.
Responsibility Pengurus RAAL Griya Asih Lawang untuk keberhasilan anak-anak sangat besar jangan dibiarkan mereka berjalan sendiri tanpa pendampingan, tanpa bimbingan, tetapi dididik dengan juga melihat minat, bakat, hobbynya.
Ini tak bisa hanya diharapkan dan dibebani kepada koordinator anak semata yang mengurus, diperlukan kerjasama, sinergisitas internal.
Dalam narasi singkat Pendeta Mora Sihombing mengatakan pendidikan adalah modal utama bagi sebuah keluarga untuk dapat merubah arah perjalan kehidupan.
Sejarah perkembangan Jemaat GPIB di Sanggau, khususnya Jemaat ‘Menara Iman‘ Sekayam, kami menyaksikan bahwa pendidikan tinggi menjadi faktor utama untuk meningkatkan taraf hidup, ekonomi, yang sekaligus juga menjadi kebaikan bagi GPIB disaat pemilihan diaken dan penatua semakin banyak kandidat dengan sumber daya manusia yang bagus, excellent dipanggil kedalam pelayanan.
Terus melebarkan sayap Yayasan Diakonia GPIB, terus bergerak, terus berpacu dengan waktu membantu dan menolong orang lain, tak ada kata terlambat dalam berimprovisasi, terus berkarya, tetap semangat dan tetap melaksanakan tugas panggilan sesuai visinya melayani bukan untuk dilayani, Markus 10:45.
Karyamu sesungguhnya dan selanjutnya dinantikan dan didambakan bagi banyak orang .
John Paulus, Yayasan Diakonia GPIB