JAKARTA, Update – ”Jika kita mempertahankan nyawa (tidak sedia untuk berkorban), kita akan kehilangan nyawa. Namun bila kita rela berkorban, selain menyelamatkan diri kita sendiri, hidup kita akan menjadi berkat (“buah”) bagi sesama.”
Demikian disampaikan Pendeta Sealthiel Izaac dalam renungannya Senin (25/03/2024) mengangkat tema: BAGAIKAN GANDUM MATI MENGHASILKAN BUAH, mengurai Firman Tuhan Yohanes 12: 20-32.
”Mari menghayati karya-Nya di “Pekan Suci”, Minggu palem, Kamis putih, Jumat Agung, Sabtu sunyi dan Paskah,” ajak Pendeta Sealthiel menunjuk teks “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Namun, jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ay.24).
Yesus menyampaikan saat kematian-Nya sudah dekat. Ia mengupamakannya, seperti biji gandum, jika tidak jatuh ke tanah dan mati, tidak berbuah. Namun bila ia mati, maka ia akan menghasilkan buah. Itulah yang terjadi dengan Yesus, “jatuh ke tanah” seperti gandum, dan berbuah. Ia rela mengorbankan diri-Nya mati, untuk dunia supaya diselamatkan (ay. 23,24).
Dalam hal ini dibutuhkan kerelaan untuk berkorban. “Siapa yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Siapa yang membenci nyawanya, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (ay.25). Siapa yang melayani, harus ikut Yesus (ay. 26a). Kebangkitan-Nya dari antara orang mati, menarik banyak orang menjadi percaya dan diselamatkan (ay.32).
Kematian Yesus “bagaikan biji gandum yang jatuh ke tanah”, menunjukkan suatu pengorbanan yang besar bagi dunia. Karena kita orang berdosa, “Ia jatuh ke” tanah dan mati”, supaya kita hidup. Hal ini menjadi teladan bagi kita, agar kita juga rela berborban. /fsp