JAKARTA, Arcus GPIB – Orang yang sedia berbagi adalah orang yang menyukuri hidup dan suka membangun kasih persaudaraan. Orang yang bersedia berbagi adalah orang yang berhasil menaklukkan egosentrisme yang ada di dalam dirinya. Mari berbagi untuk menyalurkan berkat.
Renungan malam Sabda Bina Umat (SBU) GPIB Rabu (03/05/2023) mengurai Kisah Para Rasul 4 : 34 – 37 menyebutkan, kecintaan pada diri yang berlebihan membuat orang sulit untuk berbagi.
Ketidakrelaan untuk berbagi adalah bentuk ketidakmampuan untuk mensyukuri anugerah keselamatan yang Tuhan telah berikan. Cinta diri yang berlebihan dapat membuat orang enggan untuk berbagi.
Mengutip Wikipedia arti egosentrisme adalah kualitas atau keadaan seseorang menjadi egosentris, yakni perhatian yang berlebihan pada diri sendiri dan terarah hanya untuk kesejahteraan atau keuntungan sendiri dengan mengorbankan atau mengabaikan orang lain.
Egosentrisme juga bisa diartikan sebagai ketidakmauan seseorang untuk melihat dari sudut pandang orang lain, terkait dengan ptkiran, perasaan dan pengamatannya.
Ciri kehidupan persekutuan orang percaya yang diceritakan oleh Lukas pada ayat bacaan kita hari ini adalah tidak egosentris, tidak mengukur segala sesuatu dari kepentingan, kesenangan dan selera sendiri.
Tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri dan hanya dirinya sendin yang berhak menikmati.
Hidup persekutuan mencirikan, semua orang menjadi saluran berkat dan kasih. Sebuah saluran yang berfungsi dengan baik untuk menyalurkan dan mengalirkan. Sebagai bentuk kesehatian, kesejiwaan dan ketidakegoisan, mereka menjual harta milik mereka, lalu membagi-bagikannya.
Mereka mengalahkan egoisme mereka dan memiliki kerinduan serta dorongan untuk berbagi. Sifat kerelaan dan tolong menolong menjadi cir kKehidupan mereka.
Dasar dan semua perbuatan itu adalah kasih. Perbuatan kasih itu diwujudkan oleh Yusuf, seorang Lewi yang berasal dari Siprus. Kisah int menggambarkan ciri dari Gereja yang satu, kudus, am dan apostolik. /fsp