JAKARTA, Arcus GPIB – Di saat manusia terbaring dengan sakitnya, terjatuh dengan persoalannya, dan tertekan dengan pergumulan hidupnya, Allah tidak menjauh tapi memberikan kekuatan agar mereka dapat menghadapi semuanya itu dengan pengharapan yang kokoh kepada Allah.
Renungan malam Sabda Bina Umat (SBU) GPIB Kamis (13/04/2023) menyebutkan, kehadiran Yesus bukan yang terutama untuk menyelenggarakan mukjizat melainkan untuk memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang menjadi manusia demi keselamatan dunia.
Mengurai Firman Tuhan dari Yohanes 5 : 12 – 13 disebutkan bahwa perjumpaan itu menjadi pintu masuk untuk mengenal Bapa yang mengutus diri-Nya sekaligus untuk mengetahui pikiran dan rencana Bapa atas dunia ini.
Dengan kata lain, perjumpaan Yesus dengan mereka yang ada di kolam Betesda adalah perjumpaan yang mau menghadirkan sosok Allah yang mengasihani umat-Nya.
Allah berencana untuk memulihkan dunia dari segala penyakit melalui penebusan dan kemenangan atas maut. Kebangkitan memproklamasikan kehidupan yang akan dituju oleh mereka yang telah ditebus dan dimenangkan atas maut.
Catatan Arcus GPIB, memaknai esensi kebangkitan Kristus itu adalah soal ketaatan Yesus kepada Bapa. Yesus taat sampai kematian menjemput. Itu yang ingin ditampakkan Yesus kepada pengukutnya.
Kebangkitan Yesus berbicara mengenai ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya. Tuhan Yesus bangkit bukan hanya karena kuasa Allah yang sanggup membangkitkan-Nya.
Yang terpenting bukan hanya Tuhan sanggup atau Allah sanggup membangkitkan Dia dari orang mati. Tetapi dengan ketaatan-Nya kepada seluruh kehendak Bapa-Nya, maka Tuhan Yesus Bangkit.
Dalam Ibrani 5:7 dikatakan : Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Karena kesalehanNya, karena ketaatanNya, Tuhan didengarkan doa/pergumulan di taman Getsemani yang dilalui sepanjang malam. Tiga kali Ia berseru, bukan kehendak Ku yang jadi Bapa, tetapi kehendak Mu yang jadi.
Tentu pemaknaan tiga kali Tuhan Yesus berulang-ulang kali mengucapkan kata itu, itu merupakan suatu peneguhan/kesiapan untuk masuk di dalam penderitaan dan puncak penderitaan mati di kayu salib.
Di sini kita melihat betapa taat-Nya Tuhan Yesus kepada seluruh kehendak Bapa. Tentu ini mengajarkan kepada kita sebagai orang percaya, kita pun juga harus belajar taat kepada Tuhan, kepada Bapa di surga. /fsp