Oleh: Nicodemus Boenga, Pendeta GPIB
DEPARTEMEN Germasa GPIB Sub Bidang Interfaith Rabu, 10 Juli 2024 bersama Ketua II Majelis Sinode Pendeta Manuel Raintung berkesempatan mendampingi Ketua Umum PGI Pendeta Gomar Gultom menghadiri undangan Interfaith dan Intercivilizational Reception for Grand Imam of Al-Azhar yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar NU di Hotel Pullman central Park Jakarta.
Dalam kegiatan itu Ketua PGI didaulat memberikan sambutan mewakili pihak Kristen. Sambutan dalam acara itu disampaikan secara bergantian oleh perwakilan 6 agama yang diakui di Indonesia.
Diawali Ketua NU, Perwakilan Katolik, Perwakilan Kristen, Perwakilan Budha, Perwakilan Hindu, dan terakhir perwakilan Konghuchu. Selanjutnya sambutan Menteri agama dan kemudian ditutup oleh Pidato Imam besar Al-Azhar.
Sambutan ketua NU dan Imam besar Al-Azhar disampaikan dalam bahasa Arab tanpa diterjemahkan.
Kunjungan Imam Besar Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed El-Tayeb memiliki makna penting bagi kerukunan di Indonesia. Makna penting itu antara lain:
- Sebagai Simbol Kerukunan Antaragama. Sebagai salah satu tokoh Islam Sunni terkemuka di dunia, kunjungan beliau ke Indonesia menunjukkan komitmen pada kerukunan antaragama. Ini mengirimkan pesan kuat tentang pentingnya dialog antaragama dan toleransi di negara dengan masyarakat majemuk seperti Indonesia.
Hal itu terbukti melalui kehadiran tokoh tokoh agama lintas iman yang turut memberikan sambutan dan pesan pesan perdamaian bagi semua warga bangsa Indonesia dan sekaligus dunia.
Dalam sambutannya perwakilan tokoh agama katolik dan Kristen menyinggung dan memuji serta mendukung dokumen persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama yang digagas oleh Imam Besar Al-Azhar dan Sri Paus pada 4 Februari 2019. Dokumen dikenal sebagai dokumen Abu Dhabi.
Lebih lanjut Ketua PGI Pendeta Gomar Gultom dalam sambutannya menyanjung Imam besar Al-Ahzar yang telah memberikan harapan dan komitmen tentang pentingnya memperjuangkan nilai persaudaraan di tengah konteks dunia yang sedang tercabik oleh perang dan di tengah ambiguitas peran agama agama yang turut menjadi masalah daripada memberi solusi.
Agama terjebak pada kentingan parsial dan labelisasi kepentingan politik. Kehilangan esensi dan keberpihakan kepada penting perjuangan membela kaum lemah seperti perempuan dan anak dan serta kelompok lemah lainnya.
- Kunjungan itu membawa dampak Penguatan Pendidikan Agama. Al-Azhar dikenal sebagai pusat pendidikan Islam yang terkemuka, dan kunjungan ini dapat membuka peluang untuk kerjasama dalam bidang pendidikan agama.
Ini bisa membantu memperkaya pemahaman agama di Indonesia dan mempromosikan pendekatan yang inklusif terhadap Islam. Hal itu juga yang tergambar dari sambutan masing masing tokoh agama.
Ada harapan besar terkait bertumbuh dan berkembangnya paham keagamaan yang inklusif dan moderat. Hal mana universitas Al-Azhar merupakan salah satu universitas Islam terkemuka yang menjadi rujukan dunia.
Dengan disambutnya Imam Besar Al-Azhar di Indonesia oleh tokoh lintas iman ini memberi pesan kepada dunia tentang paham keagamaan seperti apa yang diberi ruang untuk berkembang di negara Indonesia yang majemuk.
Para tokoh Agama juga dalam sambutannya turut menjelaskan kepada Imam Besar Al-Azhar gambaran tentang Indonesia yang beragam dan mampu hidup bersatu di atas dasar Pancasila dan samboyan Bhinneka tunggal Ika.
- Kunjungan itu juga membawa dampak Pemberdayaan kepada Komunitas Muslim. Kehadiran Imam Besar Al-Azhar dapat memberikan dorongan moral dan rohani bagi komunitas Muslim di Indonesia.
Ini juga dapat memperkuat identitas dan kesatuan dalam komunitas Muslim Indonesia. Imam Besar Al-azhar adalah salah tokoh yang terkenal dan dihormat di dunia Islam tetapi juga dikalangan semua tokoh lintas iman, terlebih setelah adanya dokumen persaudaraan Abu Dhabi tahun 2019.
- Kunjungan ini juga memberi Sinyal Diplomatik dan Politik. Kunjungan ini juga memiliki implikasi diplomatis dan politis yang penting. Ini dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Mesir, serta membangun jembatan dalam hal perdamaian dan stabilitas regional.
- Kunjungan ini bisa jadi mempunyai pesan dan makna khusus bagi Saudara kita yang muslim sebelum pelaksanaan kunjungan Paus pada bulan September 2024.
Secara keseluruhan, kunjungan Imam Besar Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed El-Tayeb, adalah sebuah momentum penting untuk memperkuat kerukunan, toleransi antaragama, dan kerjasama dalam bidang pendidikan agama di Indonesia.
Semoga kita sebagai masyarakat bangsa merespon positif kunjungan Imam Besar Al-Azhar ini dan memaknainya sebagai momentum berharga untuk memperkuat persaudaraan dan kerukunan di tengah bangsa kita Indonesia, sehingga bangsa kita menjadi contoh dan teladan baik bagi dunia yang sedang tercabik oleh kekerasan akibat perang dan perebutan hegemoni ekonomi dan sumber daya.
Kiranya persaudaraan dan kesatuan kita makin diperkokoh dengan rencana kunjungan Paus pada bulan September nanti. Salam Kebhinekaan. Salam Moderasi. Soli Deo Gloria. ***