MEDAN, Arcus GPIB – Buah karya Injili warga Medan pada umumnya dan khusunya warga jemaat GPIB Immanuel Medan, Bajem Maduma dilembagakan.
Sebuah gereja berdiri megah nan cantik setelah melalui proses panjang di Jemaat GPIB Immanuel Medan yang merupakan induk dari Jemaat Maduma. Sah, Bakal Jemaat Maduma kini menjadi jemaat GPIB Maduma, Medan yang merupakan jemaat GPIB ke-337.
Jemaat yang berada di Jalan Ngumban Surbakti No.3, Sempakata, Medan Selayang, Kota Medan ini berdiri cantik setelah ditahbiskan Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si tahun 2021 dan kini diteguhkan sepenuhnya menjadi jemaat pada Minggu 28 Mei 2023.
Pembangunan GPIB Maduma Medan ini berdiri atas nazar seorang jamaat yang sukses dalam karirnya, Agus Projosasmito.
Gedung gereja dibangun mengambil konsep budaya lokal yaitu Jabu Bolon, Arsitektur Tradisional Batak Toba yang ditransformasikan ke dalam perspektif modern. Hasilnya, GPIB Maduma berdiri Anggun nan cantik, megah, kolaborasi artistik tradisional dan modern. Dipastikan, biaya yang dihabiskan mencapai Rp 12 miliar.
Pendeta Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si dalam khotbahnya mengajak warga Jemaat untuk hidup didalam Tuhan sebagaimana para Nabi saat disapa Roh Kudus, tidak hidup untuk diri sendiri.
“Hidup kita selalu cenderung kearah hidup kita sendiri. Pokoknya selalu ada yang untung buat kita, diisi dengan berbagai tawaran dunia. Ubah self oriented menjadi God Oriented, hidup bukan untuk diri lagi,” kata Rumambi.
Atas Pelembagaan Maduma, Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Medan, Pendeta Johny Alexander Lontoh, S.Th, M.Min menyatakan rasa syukurnya atas perhatian keluarga Agus Projosasmito sehingga Gedung gereja ini bisa selesai.
“Beterimakasih kepada keluarga Agus Projosasmito yang datang yang diwakili adik-adik kandung (Nunung dan Sotja),” kata Pendeta Lontoh dalam sambutannya.
Disampaikan, pembangunan Gedung gereja diatas lahan seluas 2344 meter persegi dimulai pada 2019, terwujud karena kasih Tuhan.
Sekretaris Umum Mejelis Sinode GPIB Pendeta Elly D. Pitoy De Bell, S.Th menyatakan empati atas pelembagaan Bajem Maduma menjadi GPIB Maduma.
“Kitapun bertanggung jawab memberikan pendeta sebagai pelayan Firman dan sakramen,” tutur Pendeta Elly sembari menyatakan kebanggaan atas nama Maduma yang sudah menjadi nama jalan di lokasi sepanjang gereja berada.
“Gereja ini unik dari arsiterturnya. Keluarga saya di Belanda ingin bergereja di Maduma,” kata Elly.
Mewakili Mupel Sumut-Aceh, Pendeta Samuel Subroto dalam sambutannya mengakui bahwa Gedung gereja Maduma sangat cantik.
“Luar biasa cantiknya gereja ini. Kecantikan bangunan ini tidak lepas dari karya Tuhan. Gereja bukan gedungnya saja, tetapi juga orangnya,” tandas Pendeta GPIB di Bada Aceh ini.
Walikota Medan, Bobby Nasution melaui perwakilannya mengatakan rasa bangganya atas berdirinya GPIB Maduma di Medan seraya berpesan untuk tetap menjaga kerukunan dengan warga sekitar dan masyarakat pada umumnya.
“Perlunya Bersama-sama menjaga hubungan baik dengan warga sekitar. Dan menjaga kebersihan lingkungan dari sampah yang bisa menjadi timbunan di parit,” tutur perwakilan Walikota Medan.
Catatan Arcus GPIB, awal mula pembangunan Maduma lokasi lahan gereja disiapkan untuk pengembangan pelayanan GPIB Immanuel di Medan bagian Selatan sampai dengan Pansur Batu Brastagi. Dalam perjalanan proses pembangunan gereja ini diakui tidak mudah karena belum adanya kesepahaman pandangan dan terobosan yang berani yang terkesan bertahun-tahun terbiarkan.
Seperti disampaikan Pendeta Johny Lontoh, Tuhan luar biasa menolong umat-Nya yang sungguh-sumgguh berharap.
“Lewat cara Tuhan yang luarbiasa, disaat kami akan merenovasi dan membangun gedung serbaguna serta ruang pelkat dan menyebarkan proposal. Disaat saya mencoba terobosan membuat dan menyebarkan soft copy serta mengirimkan by whatsApp kepada rekan-rekan dan kenalan saya di Jakarta disitulah tangan Tuhan bekerja,” kata Pendeta Johny.
Seperti dikisahkan Pendeta Johny, saat bergumul dan terus berusaha membangun gedung gereja disitu ada pihak-pihak yang tergerak dan menghubunginya.
“Ada yang menghubungi saya saat saya berada di Jakarta, awal tahun 2019, terjadilah pertemuan di hotel Shangrila dengan seorang ibu yang menyampaikan kerinduan atasannya membangun gereja, dan setelah beberapa kali pertemuan akhirnya dipertengahan tahun 2019 bertemulah saya dengan donatur yang berharap gereja diberi nama MADUMA,” kata Pendeta Johny.
Puji Tuhan, kata Pendeta Johny, pada 17 Juni 2020 dilakukan doa diawalinya pengerjaan pembangunan dan pemancangan gereja Maduma.
Di jemaat ini ada ada prasasti dari donatur Agus Projosasmito yang berbunyi: “Hanya karena cinta dan janji iman kami persembahkan gereja Maduma untuk menjadi berkat dan sukacita umat memuliakan Tuhan” Medan, 17 Oktober 2021, Agus Projosasmito. /fsp